Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: HAMBATAN EKSPOR KE INDIA

Sabtu, 05 Maret 2011

HAMBATAN EKSPOR KE INDIA

INDONESIA GLOBAL









PERDAGANGAN
Tarif Bea Masuk yang Tinggi Menghambat Ekspor ke India

New Delhi, Kompas - Tingginya tarif bea masuk merupakan hambatan utama ekspor produk Indonesia ke India. Persoalan bertambah rumit karena tiadanya kepastian dan transparansi peraturan, yang di setiap negara bagian berbeda-beda.

”Masalah itu yang sekarang tengah kami usahakan agar ada perubahan,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di New Delhi, India, Kamis (3/3). Mari sudah enam kali datang ke India sejak menjadi Menteri Perdagangan.

Masalah tarif bea masuk tinggi itu diakui oleh para pengusaha Indonesia yang ambil bagian dalam India-ASEAN Business Fair & Business Conclave di New Delhi, 2-6 Maret ini.

”Sejak kami menjual pabrik di India tahun 2001 dan mengekspor langsung kertas dari Indonesia, kami dikenai tarif bea masuk 10 persen. Baru pada Oktober lalu diturunkan menjadi 5 persen,” kata Suresh Kilam, Managing Director Sinar Mas.

Hal yang sama juga dikemukakan Edward Mamahit dari Multistrada Arah Sarana Tbk yang memproduksi ban. ”Kami masih kena tarif 10 persen. Padahal, negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia dan Filipina, hanya 5 persen,” ujarnya.

Mari mengatakan, ia yakin ekspor Indonesia ke India akan meningkat apabila masalah tarif itu dapat diatasi. ”Pasar di India begitu besar. Dari sekitar 1,3 miliar penduduk India, sekitar 400 juta di antaranya adalah kelas menengah yang merupakan pasar kita,” katanya.

Mari mengakui, selain masalah tarif, ada soal lain yang juga menjadi kendala tingginya angka ekspor Indonesia. Masalah itu adalah masih belum yakinnya pengusaha Indonesia akan besarnya potensi pasar di India. ”Banyak pengusaha kita yang masih ragu-ragu,” katanya.

Keragu-raguan itu muncul, menurut Mari, lantaran banyak yang masih memiliki paradigma lama tentang India. ”India sudah berubah. Ia adalah kekuatan ekonomi besar di zaman kini. Memang, masalah peraturan di India menjadi persoalan karena belum transparan. Bahkan, antara negara bagian berbeda-beda. Ini menyulitkan para eksportir, para pengusaha,” kata Mari.

Soal aturan yang belum transparan, menurut Mari, antara lain menyangkut standar yang mudah berubah-ubah.

Menteri Perdagangan mengatakan, untuk meyakinkan para pengusaha, terutama menengah kecil, adalah dengan mengajak mereka mengikuti pameran atau misi dagang.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk India Andi M Ghalib mengatakan, potensi wisatawan India ke Indonesia sebenarnya bes
ar.

Tidak ada komentar: