Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: WNI TEWAS DI MESIR BERNAMA IMANDA AMALIA BARU DUGAAN

Kamis, 03 Februari 2011

WNI TEWAS DI MESIR BERNAMA IMANDA AMALIA BARU DUGAAN

INDONESIA GLOBAL
 

Imanda Amalia
Satu WNI Diduga Tewas di Mesir
Kemenlu masih mencari tahu kabar tentang Imanda.
Kamis, 3 Februari 2011, 12:30 WIB

Imanda Amalia

Kabar mengejutkan datang menimpa warga Indonesia di Mesir. Satu WNI dilaporkan tewas di tengah pergolakan politik di Mesir.

Informasi itu berawal dari akun facebook atas nama Science of Universe sekitar satu jam lalu, Kamis 3 Februari 2011. Penulis pesan itu atas nama Ayman Mahmoud anggota UNWRA di Mesir. UNRWA merupakan Organisasi PBB untk Pengungsi Dunia.

Dalam status itu disebut, "Imanda Amalia (28 tahun), seorang warga negara Indonesia dan anggota (UNRWA) dilaporkan telah meninggal dunia akibat pergolakan politik di Mesir."

Menurut Kepala Divisi Direktorat Timur Tengah Kementerian Luar Negeri, Bambang Purwanto, hingga kini tidak ada ada laporan korban tewas warga Indonesia di Mesir.

"Untuk atas nama itu, kami belum dapat kabar. Memang sempat ada kabar berita tiga warga Indonesia meninggal di Mesir," kata Bambang kepada VIVAnews.com.

Bambang lalu mengkonfirmasi Duta Besar RI di Mesir tentang adanya kabar tiga warga Indonesia yang tewas. Tetapi, tiga kabar itu dibantah Kedutaan RI di Mesir.

"Sampai saat ini tidak ada informasi atau keterangan apapun dari rumah sakit dan kepolisian, mengenai berita meinggalnya korban," kata dia.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Tatang Boedi Utama Razak belum bisa memastikan kabar duka itu. "Saya sedang mengkonfirmasi," kata Tatang.

Resah, Dua Putrinya Terjebak di Mesir
Kedua putri pasangan Abdul Fatah dan Siti Zubaidah kuliah di Universitas Al-Azhar.
Kamis, 3 Februari 2011, 10:50 WIB

Demonstrasi di Ibukota Mesir, Kairo (AP Photo)

Situasi keamanan di Mesir yang terus bergolak membuat was-was orangtua mahasiswa yang anaknya kuliah di negeri Seribu Menara tersebut. Itu dirasakan pasangan suami isteri Abdul Fatah dan Siti Zubaidah, warga Manukan Mukti Blok XII, Surabaya, Jawa Timur.

"Saya terus was-was memikirkan keselamatan anak saya yang ada di Mesir," kata Abdul Fatah saat ditemui VIVAnews.com di rumahnya.

Abdul Fatah menuturkan, kedua anak perempuannya bernama Nafisah Fatah (25) dan Nining Hasanah Fatah (24) saat ini masih berada di Mesir. Mereka tercatat kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia menuturkan saat dihubungi lewat telepon, putrinya Nining mengaku ketakutan dengan kondisi Mesir saat ini.

"Nining mengatakan, aparteman yang ditempatinya terus dijaga petugas keamanan dari tentara. Mereka takut dan tidak berani keluar," kata Abdul Fatah.

Fatah menuturkan, kedua putrinya tinggal di Apartemen Abrag El-Mohandeseen El- Askaree Floor 2 flat 3, Tayaran Street, Nazr City, Kairo. Meski keadaan kedua putrinya masih aman, situasi di wilayah tempat tinggal mereka sangat mencekam. "Itulah yang membuat perasaan kami khawatir," lanjut Fatah yang duduk didampingi isterinya.

Sebab, kondisi apartemen tersebut masih dikepung demonstran dan sesekali masih terdengar desingan peluru akibat kontak senjata. "Seharusnya mahasiswa yang ada di sana cepat dievakuasi ke lokasi aman," lanjut lelaki tersebut.

Meski mengaku tegang dan selalu memantau perkembangan situasi Mesir lewat televisi, lelaki paruh baya itu mengaku sedikit lega. Sebab, hubungan telepon dengan kedua putrinya masih lancar. Ditambahkan, kedua putrinya, Nafisah yang kuliah di Jurusan Ushuluddin dan Nining Hasanah jurusan Tafsir Al-Qur'an, sebenarnya telah menyelesaikan kuliahnya. "Tinggal mengambil sertifikat saja, namun keburu terjadi kerusuhan," lanjut dia.

Untuk mendapat kepastian terkait keamanan kedua putrinya, Abdul Fatah terus melakukan kontak ke Kementerian Luar Negeri dan KBRI Mesir. "Kemenlu belum bisa dihubungi. Akhirnya saya menghubungi KBRI. Namun, pihak KBRI belum bisa memastikan kapan anak saya bisa dievakuasi dari tempat tersebut. Dan, kami hanya bisa berdoa semoga mereka baik-baik saja," ujarnya.


Kepulangan WNI Asal Mesir ke Daerah Tak Pasti
Mereka tercatat paling banyak berasal dari Padang, Medan, dan Aceh.
Kamis, 3 Februari 2011, 12:28 WIB

WNI tiba dari Mesir

Sejumlah warga negara Indonesia yang jadi korban krisis Mesir yang saat ini ditampung di Asrama Haji Pondok Gede belum juga mendapatkan kepastian mengenai kepulangan mereka ke daerah asal masing-masing. Mereka tercatat paling banyak berasal dari Padang, Medan, dan Aceh.

Padahal sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan jaminan kepada para WNI yang tidak dijemput keluarganya akan dapat pulang ke kampung halaman masing-masing.

Menurut Bil Bahtiar, staf Kementerian Agama, hingga saat ini, sudah banyak WNI yang pulang tanpa melapor, mulai dijemput keluarga atau memilih pulang sendiri ke daerahnya.

"Berdasarkan data kemarin, ada 93 orang yang ditampung di Gedung A dan B Asrama Haji tapi saat ini menyusut menjadi 85 orang," ujarnya kepada VIVAnews.com di Jakarta, Kamis 3 Februari 2011.

Sementara itu, dari jumlah keseluruhan 85 orang tersebut, diketahui 35 di antaranya berasal dari Padang dan 21 orang asal Medan, Sumatera Utara.

Dia menambahkan, para WNI itu didominasi oleh pelajar atau mahasiswa dari Universitas Al Azhar. Namun, mereka dimintai tidak perlu khawatir karena pemerintah akan menanggung biaya bagi pemulangan mereka ke daerah asalnya.


Bentrok Mesir, 3 Tewas dan 1.500 Luka-luka
Bentrokan terjadi di pusat kota Kairo, Lapangan Tahrir. Peristiwa terburuk.
Kamis, 3 Februari 2011, 07:57 WIB

Aksi demonstrasi di Mesir

Bentrokan antara massa yang anti pemerintah dengan pendukung Presiden Mesir Hosni Mubarak kembali memakan korban jiwa. Tiga orang tewas dan 1.500 lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

Seperti dilansir ABC News, 2 Februari 2011, bentrokan yang mengakibatkan korban tewas itu terjadi di Lapangan Tahrir Square, Kairo, Mesir.

Bentrokan terjadi dengan aksi saling lempar batu dan benda-benda lainnya. Bentrokan dipicu tindakan aparat yang ingin membubarkan aksi demonstrasi dengan meminta massa pulang ke rumah.

Saat itu ribuan pendukung Mubarak yang mempersenjatai diri dengan tongkat dan pisau memasuki alun-alun. Ini merupakan pertamakalinya pendukung Mubarak turun ke jalan. Massa propemerintah ini mulai muncul setelah Mubarak berpidato menolak mundur sampai Pemilu September mendatang.

Bentrokan berlanjut sampai larut malam. Massa pendukung Mubarak juga menyerang demonstran dengan bom-bom molotov dan blok-blok beton. Tapi kedua belah pihak memakai perisai logam untuk melindungi diri dari serangan.

Aksi bentrokan ini merupakan peristiwa terburuk selama aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Mesir dalam sembilan hari terakhir. Kemarin, Mubarak menyatakan tidak akan mundur dan tidak akan ikut lagi dalam Pemilu September mendatang.

Wakil Presiden Omar Suleiman, yang juga mantan kepala intelijen Mesir yang baru diangkat pekan lalu, mengeluarkan seruan kepada demonstran. Suleiman meminta demonstran mengakhiri aksinya agar dialog antara oposisi dan pemerintah bisa dimulai.

"Semua warga diimbau kembali ke rumah dan mematuhi jam malam. Ini untuk meningkatkan upaya pemerintah memulihkan keamanan dan stabilitas, serta mengurangi kerusakan dan kerugian akibat demonstrasi," kata Suleiman.

Tidak ada komentar: