INDONESIA GLOBAL
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto
PBR: Prabowo Kekuatan Alternatif 2014
Pengurus PBR di daerah akan langsung mensosialisasikan penggabungan ini.
Jum'at, 18 Februari 2011, 16:55 WIB
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto
Partai Bintang Reformasi (PBR) resmi menyatakan bergabung dengan Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra. PBR yakin, Prabowo Subianto dan Gerindra menjadi kekuatan alternatif pada Pemilu 2014.
"Saya sudah ikuti survei empat kali Pak Prabowo, saya yakin beliau bisa jadi Presiden," kata Ketua Umum PBR Bursah Zarnubi di sela penandatangan penggabungan partai di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat 18 Februari 2011.
Dalam penandatangan nota penggabungan partai ini, Bursah tampak didampingi 33 Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PBR dari seluruh provinsi. Tampak hadir pula Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Gerindra Suhardi.
Menurut Bursah, pengurus-pengurus PBR di daerah akan langsung mensosialisasikan penggabungan dua partai ini. "Pulang dari sini, kalau perlu bawa jaket Gerindra dan segera memperkuat untuk verifikasi partai," ujar dia.
Salah satu pertimbangan Bursah membawa gerbong PBR gabung ke Gerindra karena kesamaan visi dan misi. PBR melihat gagasan Prabowo dengan ide PBR itu sama saat kampanye lalu. Tetapi, langgamnya saja yang beda.
Bursah pun yakin, kekuatan baru ini bisa menjadi alternatif pilihan kuat di 2014. "Bergabung ke Gerindra agar pemilu 2014 menjadi kekuatan alternatif. Bersatu agar kuat. Bersatu saja belum tentu menang, apalagi kecil terpecah-pecah," ungkap Bursah dalam pidatonya.
Kami Tak Mau Jadi Budak Asing”
Selama sistem tidak diatur, Indonesia tidak bisa makmur.
Calon Presiden Gerindra Prabowo Subianto (Antara/ Widodo S Jusuf)
MENJADI calon presiden RI membuat jadwal Letnan Jenderal (Purnawirawan) Prabowo Subianto sangat padat. Mulai dari memimpin rapat-rapat, bertemu tokoh nasional hingga terbang setiap hari ke berbagai kota untuk berkampanye. Jadwalnya begitu melelahkan sehingga nyaris tak ada waktu istirahat.
Waktu menjadi sangat mahal. Rapat bisa di mana pun. Seusai pulang kampanye, dia menggelar rapat hingga dua jam di bandara Halim Perdanakusumah. Untuk tidur pun, dia mencuri-curi waktu saat terbang dengan pesawat jet Fokker-100 yang membawanya ke berbagai daerah. Ranjang khusus di pesawat cukup membuatnya mampu fit kembali untuk berorasi di hadapan massa Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Di hadapan massa Gerindra, dia berteriak lantang. “Sistem ekonomi sudah salah. Sistem ini harus diubah,” ujarnya berapi-api saat kampanye di Padang, Kamis, 19 Maret 2009.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana konsep ekonomi ala Prabowo (Prabowonomics), wartawan VIVAnews Heri Susanto mewawancarai putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu di bandara Minangkabau, Padang saat menuju pesawat jet carteran dari Premi Air. Wawancara kemudian dilanjutkan lagi Kamis malam seusai dia memimpin rapat dua jam di bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta.
Raut muka Prabowo tampak kuyu. Dalam beberapa kali menjawab pertanyaan, suara Prabowo meninggi dan emosinya meningkat. Sampai-sampai, pengawalnya sempat mendekat ketika suaranya meninggi di ruangan VIP bandara Halim. Rekannya, Ketua Gerindra, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Johnny Wahab mengambilalih untuk memberi penjelasan. Berikut petikannya:
Dalam konsep ekonomi anda, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 10 persen. Bisa Anda jelaskan caranya?
Itu ada rumusnya dalam buku ekonomi tingkat I. Growth is the function of land, labour, capital, technology and other sectors. Tinggal kita masuk-masukkan saja kekayaan kita ke rumus tersebut.
Itu saja?
Ini juga perlu perubahan paradigma. Kalau ekonomi liberal ya semua diserahkan ke pasar. Kalau kami tidak. Kalau Barack Obama (Presiden Amerika Serikat) tidak. Tetapi, perlu peran pemerintah yang mengarahkan. Sekarang, sistem yang berlaku di Indonesia ini sudah keliru. Sistem kapitalisme yang tidak terkendali.
Anda kurang suka dengan liberalisme?
Bukan kurang suka. Kita tidak boleh menyerahkan kedaulatan ekonomi hanya kepada pasar.
Kenapa?
Ya tidak bisa dong! Pasar itu tidak ada yang bebas murni. Iya dong. Pemodal yang besar pasti menang dengan pemodal yang kecil. Lah, bagaimana.
Pemerintah sekarang lebih berat ke pasar ?
Ya, saya katakan gagal.
Gagalnya di mana?
(Suaranya meninggi) Kamu tidak merasakan?!! Kamu pelajari saja angka-angkanya. Kita kan gagal. Apakah kita masih kaya? Kita masih miskin! Tidak ada kekayaan yang masih tinggal di Indonesia. Coba lihat buku saya, ada angka-angkanya. (Prabowo kemudian naik tangga pesawat jet F-100, dia minta wawancara dilanjutkan nanti karena ingin istirahat di ranjang khusus di kabin pesawat)
Wawancara kemudian dilanjutkan di bandara Halim Perdanakusumah.
Menurut Anda, apa kelemahan sistem kapitalis?
Kelemahan sistem kapitalis dalam bahasa Prancisnya adalah “laissez fair”. Itu artinya membiarkan pada mekanisme pasar. Itu serakah. Artinya, hanya segelintir orang yang hidup makmur. Saya hampir sama dengan Obama. Di Amerika saja, Obama sudah meninggalkan. Di Eropa juga ditinggalkan. Di Indonesia ini, banyak perancang-perancang ekonomi yang tidak mau mengakui kekeliruannya.
Bukti kekeliruan itu apa?
Saya sudah buktikan dari statistik pemerintah sendiri bahwa tidak terjadi penambahan kekayaan nasional. Yang terjadi, sebetulnya kebocoran total selama belasan tahun. Kekayaan justru keluar dari Indonesia. Selama sistem tidak diatur, Indonesia tidak bisa makmur. Itu sangat sederhana. Jadi, bagi rakyat, mau terus atau mau perubahan. Kita tidak boleh takut koreksi. Orde lama menyimpang, kita koreksi. Orde baru menyimpang, kita reformasi. Sekarang, setelah sekian kali ya harus berani koreksi lagi. Yang harus dikoreksi saat ini adalah sistem ekonomi.
(dalam buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” disebutkan devisa hasil ekspor terbang ke luar negeri dalam sepuluh tahun terakhir sebesar US$ 250 miliar).
Konsep ekonomi yang anda perjuangkan seperti apa?
Konsep ekonomi kerakyatan, di UUD 45 disebutkan azas ekonomi kekeluargaan. Ada juga yang katakan mix economy, mengambil yang terbaik dari kapitalisme, sosialisme dan ekonomi yang lain, nah itulah yang kami pakai. Pokoknya, apapun yang terbaik untuk sebagian besar rakyat, itu yang kami jalankan. Kami tidak mengkritik orang, tetapi mengkritik sistem. Kita harus berani mengubah sistem. Masak sistem salah, mau diteruskan. Ibarat mau naik mobil mau ke Surabaya, tetapi ke Anyer, ya tidak akan sampai-sampai ke Surabaya. Kalau sudah tahu salah jalan ya harus balik kanan.
Apa yang diperlukan agar konsep itu bisa berhasil?
Yang diperlukan kehendak politik. Kalau ada political will, semua kekuatan nasional bisa dikerahkan. Tapi, kalau tidak political will, ya tidak ada apa-apa.
Artinya tergantung pada pemimpinnya?
Iya dong! Makanya, kami minta mandat dari rakyat. Kalau saya diberi mandat, maka saya akan laksanakan. Bung Karno dulu mampu bikin waduk Jati Luhur, bikin gelora Senayan. Bung Karno mampu membangun. Pak Harto mampu bikin bimas (kredit pangan jaman Orde Baru). Kalau punya kehendak politik, kita mampu. Sayangnya, elite sekarang tak punya kehendak politik.
Kenapa?
Ya, tanya sama mereka dong. Mengapa ada korupsi terus menerus setelah reformasi. Kenapa ada akal-akalan. Kenapa ada penggelembungan suara. Kenapa .... (suaranya meninggi, pengawalnya mendekat, wawancara berhenti, VIVAnews kemudian dijelaskan oleh Mayor Jenderal (Purnawirawan) Johnny Wahab, Ketua Gerindra).
Wawancara dilanjutkan lagi saat Prabowo akan masuk mobil. Saat itu, dia meminta VIVAnews tidak menulis yang jelek-jelek.
Menurut Anda, Indonesia bisa meniru China agar tumbuh 10 persen?
Ya, antara lain yang bisa ditiru dari China, Singapura, Malaysia adalah bahwa BUMN bisa menjadi ujung tombak. Itu perlu kehendak politik. Kenapa bangsa lain bisa bikin terusan Suez, Singapura bikin pelabuhan Changi dan Singapore Airlanes yang hebat. Itu karena kehendak politik.
Bagaimana dengan dominasi asing?
Kita tidak usah memikirkan orang asing. Kita memikirkan kemampuan dan kekuatan kita sendiri. Kita memiliki kekayaan sendiri, itu kita amankan. Kita berpikir rakyat kita, kita berpikir bangsa kita. Kalau orang asing mau ikut dalam pembangunan kita, ya monggo. Kita tidak melawan mereka. Tapi, kami tidak mau menjadi embel-embel atau budak mereka.
Ada rencana revisi kontrak dengan asing?
Kontrak yang tidak benar, yang tidak adil dan merugikan kita, ya harus ditinjau kembali. Kita harus renegosiasi. Masak, kontrak berdasarkan korupsi mau diteruskan. Ada beberapa yang perlu kita renegosiasi.
Misalnya?
Pokoknya, banyaklah.
Bagaimana dengan utang, anda akan jadwalkan utang luar negeri?
Iya, itu harus dilaksanakan.
Apa bisa?
Itu reschedulling utang, itu biasa. Karena kita dalam keadaan sulit, maka perlu rescheduling utang. Itu biasa lazim dalam dunia usaha.
Bagaimana anda menggodok konsep ekonomi yang anda usung?
Kami punya think thank yang tergabung dalam Institut Garuda Nusantara. Banyak sekali ekonom muda, ekonom yang berpikir tajam. Kami juga terus diskusi dengan ekonomi senior yang dari dulu mengusung koreksi terhadap sistem ekonomi yang sekarang ini.
Survei terbaru menyebutkan anda nomor dua?
Ya, saya kira nanti dilihat di lapangan. Anda sendiri kan lihat bagaimana antusiasme rakyat.
Sepertinya kurang optimistis, kenapa tidak yakin?
Kok kurang optimistis. Ini kan baru hari ketiga. Keyakinan nanti kita lihat di lapangan. Ada pepatah, tong kosong nyaring bunyinya. Lebih baik membumi kepada rakyat. Saya dasarnya adalah kekuatan rakyat, ya.
Anda dianggap pesaing utama SBY dalam survei terbaru?
Wah, saya tidak tahu survei itu. Survei kadang-kadang bagus, kadang tidak. Survei saya itu ya kalau bertemu rakyat. Anda dengar sendiri kan bagaimana mereka berjam-jam dan bersemangat mendengarkan. Malah, saya minta berhenti, mereka tidak boleh. Masak saya harus lanjut terus sampai suara saya habis. Padahal ini baru hari ketiga. Modalnya adalah jeruk nipis.
Sengaja diatur agar pidato tidak perlu terlalu lama?
Bukan begitu. Suasana di lapangan berbeda dengan di ruang kelas. Kalau di seminar, saya bisa bicara delapan jam. Tapi, kan ada AC. Kalau rakyat kan kasihan ini, di lapangan panas. Jadi, bicara inti-intinya. Yang jelas, Gerindra mengusung perubahan sistem.
Prabowonomics
Mimpi Prabowonomics
Konsep ekonomi Prabowo mengundang kontroversi. Ekonom berhaluan liberal meragukannya.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto
GAYANYA di panggung mirip-mirip Soekarno. Tangannya mengepal dan diangkat-angkat. Orasinya tegas dan lugas. Sindirannya pun tajam. Meski suara serak, calon presiden Prabowo Subianto tetap berusaha berteriak lantang, meledak-ledak.
“Saudara-saudara, elit di Jakarta lupa. Negara kita punya kekayaan alam. Kaya, kaya. Tetapi rakyat tidak mengalami perbaikan nasib. Sistem ekonomi kapitalis saat ini hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sebagian besar tidak merasakannya. Orang tak punya uang tidak boleh hidup negeri ini.
Saya tahu isi hatimu. Kau inginkan pekerjaan yang baik dan halal. Kau ingin beri makan istri dan anakmu. Betul? Ingin sekolahkan anakmu. Betul? Apa Saudara mau jadi kacung terus? Mau jadi bangsa miskin terus? Mau anak-anak tak sekolah?
Saudara-saudara, mari buat perubahan besar. Perubahan untuk masa depan anak-anakmu. Beri kesempatan pemimpin baru. Yang tak mampu minggir saja. Kembali ke rumah, ajak saudara-saudara, teman-teman, semua, untuk perubahan.”
Peluh membasahi baju mantan Komandan Pasukan Khusus yang tengah berkampanye di Kota Padang tersebut. Di depan panggung, di bawah terik matahari, massa berteriak, “Hidup Gerindra. Prabowo presiden!” Ribuan orang berseragam merah putih tumpek blek di lapangan Cimpago yang berada di bibir pantai.
***
Perubahan sistem ekonomi adalah misi besar yang digadang-gadang sang Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Prabowo beralasan kapitalisme-liberal adalah sistem ekonomi yang salah sehingga harus dirombak. “Resesi ekonomi global adalah bukti kegagalan pasar bebas tanpa kendali, sistem kapitalisme tanpa kendali,” katanya di seminar yang digelar Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia, pada Rabu, 11 Maret 2009.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu sedang berada di atas angin. Krisis keuangan dan resesi ekonomi global telah menimbulkan sorotan tajam terhadap sistem kapitalis. Yang pedas dikritik bukan cuma kejatuhan bursa saham Wall Street, simbol kapitalisme dunia. Di dalam negeri, kelompok penentang kapitalisme-liberal semakin mendapat panggung.
Saat Prabowo meluncurkan buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” pada Kamis lalu, 12 Maret, suasana Hotel Dharmawangsa terasa marak. Sejumlah rektor, profesor, elit partai dan wakil asosiasi binaan Prabowo hadir di ball- room hotel yang disulap penuh nuansa merah itu. “Saya ingin mengubah vonis bahwa negeri ini akan terus miskin,” kata Prabowo.
Tepuk tangan membahana. Jenderal Prabowo yang dulu pernah dijauhi setelah dinyatakan terlibat penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi, kini menjadi magnet yang menyedot perhatian sementara kalangan.
Enam hari kemudian, 18 Maret, giliran kelompok Indonesia Bangkit meluncurkan buku "Ekonomi Konstitusi" di Hotel Four Seasons, Jakarta. Di sini sejumlah ekonom juga berkumpul. Terlihat ada Iman Sugema, Hendri Saparini, Revrisond Baswir, Ichsanuddin Noorsy dan lainnya. “Indonesia jangan pakai tim ekonomi “teh botol” (teknokrat bodoh dan tolol),” ujar Iman mengejek ekonom yang berhaluan neoliberal—mereka yang pro pasar bebas, rezim perdagangan tanpa sekat negara, serta peran pemerintah yang minimal dalam sistem ekonomi.
Para ekonom ini dikenal menganut paham yang cenderung sosialis, nasionalistis, dan menginginkan peran negara yang lebih besar sebagai lokomotif perekonomian nasional.
Endang S Thohari dari Institute Garuda Nusantara—kelompok-pemikir yang didirikan Prabowo—turut hadir di sana. Menurut Endang, mereka tengah bahu membahu menggusur paham neoliberal. “Berjuang bisa di mana saja, yang penting tujuannya sama.” Dibekingi Prabowo, upaya kelompok ini terus bergulir.
Prabowo menyatakan tak main-main dengan gagasan besarnya. Ia mengisahkan, tekadnya menggebu setelah dia dipensiun paksa pada 1998. Saat itu ia banting setir jadi pengusaha membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo, yang berkibar sebagai pengusaha minyak di Kazakhstan.
Saat tinggal di Amman, Yordania, dia terperangah membaca sebuah laporan Van Zorge, konsultan politik dan bisnis di Jakarta mengenai kekayaan Indonesia yang menguap dari Bumi Pertiwi. Menurut taksirannya, dalam tempo 10 tahun sejak 1997, tak kurang dari US$ 250 miliar devisa ekspor telah terbang ke luar negeri.
Prabowo seperti mendapat amunisi kembali. Sejak 2003, dia sibuk berkeliling mengkampanyekan dampak buruk sistem kapitalisme-liberal. Setahun kemudian dia menulis buku berjudul “Kembalikan Indonesia” yang mengecam habis-habisan sistem ekonomi liberal.
Putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu terus merangsek. Dia lalu menghimpun para ekonom, ahli pertanian, pengusaha dan pakar industri. Selama belasan bulan sejak 2007, Prabowo terlibat dalam berbagai diskusi intensif dengan kalangan ini. Dia kerap mengundang Kwik Kian Gie, Sri Edi Swasono, Bungaran Saragih (mantan menteri pertanian), Prasetyantoko (ekonom Atmajaya), Hendri Saparini, dan lainnya.
Kwik dan Prasetyantoko mengaku memang sering diundang Prabowo. “Saya beberapa kali datang ke rumahnya untuk diskusi dan memberi masukan,” ujar Kwik kepada VIVAnews, “Apa yang diiklankan Prabowo itu sama dengan pemikiran saya.”
Untuk menerjemahkan pandangannya, Prabowo dibantu Hashim, Rachmat Pambudy (ekonom IPB), Endang S Thohari (doktor Prancis ahli pedesaan), Widya Purnama (mantan Direktur Utama Pertamina), dan Rauf Purnama (mantan Direktur Utama PT Asean Aceh Fertilizer). Mereka semua tergabung dalam Institut Garuda Nusantara.
***
Konsep ekonomi ala Prabowo ini—kini populer disebut Prabowonomics— kemudian dituangkan dalam buku “Membangun Kembali Indonesia Raya” setebal 209 halaman. Isinya mengelu-elukan konsep pembangunan ekonomi berbasis ketahanan pangan, kedaulatan energi, serta industri nasional yang bernilai tambah. Prabowo memimpikan perekonomian yang berlandaskan sumber daya domestik—seperti sumber alam, sumber daya manusia, dan sumber dana—serta pasar domestik yang besar, 230 juta penduduk Indonesia.
Di atas itu, Prabowo menjanjikan sejumlah program maha ambisius. Di bidang pangan, dia berikrar akan membuka sawah dan kebun jagung masing-masing sejuta hektare, membangun pabrik pupuk urea, menambah pasokan bahan bakar gas, serta membangun infrastruktur desa.
Di bidang energi, dia berpromosi bakal mengganti bahan bakar minyak fosil dengan sumber energi nabati. Belum habis, dia juga berjanji akan membuka 4,4 juta ha kebun aren untuk bahan baku produksi bioetanol, membangun pabrik bio-etanol berbahan baku singkong, serta mendirikan pembangkit tenaga panas bumi.
Untuk sektor industri, dia bilang bakal menggeber industri makanan, tekstil, sepatu, agroindustri, serta sumber alam yang bernilai tambah, seperti migas, tambang, energi dan komoditas. “Kita jangan cuma ekspor buah coklat dan biji sawit mentah-mentah, tetapi sudah dibuat pabrik bernilai tambah di sini,” kata Endang.
Tim Prabowo percaya sektor-sektor itu mampu menggenjot pertumbuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2008, sektor pertanian menyumbang 14,68 persen produk domestik bruto (PDB). Ini masih kalah dari sektor industri pengolahan. Namun, jika agroindustri digabung, maka sektor pertanian akan menjadi penyumbang terbesar kue ekonomi nasional.
Supaya program itu berjalan, Prabowo mengajukan sejumlah resep. Di antaranya adalah mengerahkan BUMN sebagai lokomotif pembangunan di sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Kebijakan fiskal dan moneter akan dipusatkan ke sana. Pembayaran hutang luar negeri dijadwal ulang untuk menambah persediaan dana untuk melumasi berbagai program raksasa itu. Selain itu, ini dia, lahan kritis akan dibagi-bagikan ke petani.
“Pemerintah jangan cuma jadi wasit, tetapi harus turun tangan jadi lokomotif ekonomi,” kata Prabowo. Dia memberi contoh pemimpin China Deng Xiaoping yang menjadikan lembaga pemerintah dan BUMN sebagai motor penggerak, sehingga ekonomi mereka bertumbuh di atas 10 persen.
Dengan berbagai konsep ini, tim Prabowo hakulyakin pada 2011 ekonomi nasional bakal tumbuh 8-9 persen. Tak cuma itu, dua tahun kemudian mereka bermimpi angka pertumbuhan akan melesat ke level di atas 10 persen. Jika itu terjadi, begitu mereka bermimpi, saat Republik berulang tahun ke-100 pada 2045, pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai, jangan kaget, US$ 60 ribu atau Rp 720 juta per tahun.
***
Bagi kubu ekonom pro-Prabowo, ambisi itu mereka nilai realistis. Hendri Saparini, Iman Sugema, Dradjad Wibowo, Kwik Kian Gie, dan Revrisond Baswir, menilai Prabowonomics bisa dilaksanakan asal ada perubahan paradigma ekonomi.
“Argentina yang penduduknya lebih sedikit bisa tumbuh 8 persen,” kata Dradjad. Meski juga mengaku bersepakat, Revrisond toh buru-buru mengingatkan, “Yang penting, jangan cuma jadi jargon kampanye saja.”
Tanggapan berbeda datang dari kubu ekonom neo-liberal. Mereka mengritik program Prabowo bak mimpi di siang bolong. Para ekonom jebolan Universitas Indonesia, seperti Muhammad Ikhsan, Chatib Basri, Adrian Panggabean, serta Purbaya Yudhi Sadewa dari Danareksa, meragukan target pertumbuhan ekonomi 10 persen itu. “Terlalu ambisius,” kata Ikhsan. Adrian dan Chatib mempertanyakan bagaimana angka itu dihitung.
Yudhi juga mewanti-wanti rencana Prabowo merestrukturisasi utang luar negeri. Jika dilakukan, menurutnya itu akan jadi pertaruhan besar bagi Indonesia. “Resikonya besar. Pasar modal, obligasi dan kurs rupiah akan hancur,” kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute ini. “Jadi, kalau tak bayar utang, ekonomi Indonesia akan hancur.”
Untuk sementara ini, Prabowonomics masihlah sebatas mimpi—yang dianggap menjanjikan oleh sementara kalangan, dan dikecam sebagai ilusi oleh sejumlah pihak yang lain. Buktinya masih harus ditunggu. Itu pun jika purnawirawan jenderal berbintang tiga ini berhasil menang pemilu. Maka tak ada yang lebih tepat ketika Prabowo, masih dengan suara serak, merayu para pemilih di Kota Padang, “Agar konsep ini jalan, perlu kehendak politik. Karena itu, saya minta mandat dari rakyat.”
Dari Dosen Hingga Mantan Menteri
Keampuhannya belum diketahui sampai benar-benar dilaksanakan.
Prabowo Subianto saat HUT Partai Gerindra
BANGUNAN berdinding keramik putih dengan kusen merah di Jalan RM Harsono, kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, itu tampak sepi pada Selasa sore 17 Maret 2009.
Wartawan VIVAnews yang datang ke gedung yang berdiri pada lahan seluas sekitar 2.000 meter persegi itu hanya melihat seorang petugas keamanan bernama Badrun. Pensiunan tentara itu menjelaskan, ada tiga jenis kegiatan di gedung ini.
Lantai satu digunakan sebuah perusahaan perkayuan. Tak ada penerima tamu di lobi. Suasana perkantoran tak terasa di sini. Di ruang tamu ada sejumlah rak yang berantakan. "Perusahaan itu sudah bangkrut," kata Badrun.
Kehidupan hanya tampak di lantai dua dan tiga. Di sinilah markas Tim Sukses Gerindra dan Institut Garuda Nusantara. Itulah sebabnya, di halaman gedung ini sering parkir puluhan mobil Mitsubishi Strada double cabin berlogo Gerindra.
Menjelang kampanye legislatif, Badrun hanya sesekali melihat Letnan Jenderal (Purnawirawan) Prabowo Subianto ikut rapat di institut yang didirikannya awal 2008 itu.
Institut tersebut, kata Prabowo, didirikan bersama Hashim S. Djojohadikusumo. Hashim adalah adik Prabowo, putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo. Hashim telah malang melintang sebagai pemain di industri migas di beberapa belahan dunia.
Prabowo dan Hashim menjadikan institut ini sebagai salah satu pusat pemikiran. Di sinilah Prabowo mengumpulkan orang-orang yang dianggap jago, selanjutnya diberi nama Tim Merah Putih. "Saya minta tolong orang pintar agar saya dapat kepintarannya," kata Prabowo di Semarang, Minggu 15 Maret 2009.
Di lembaga tersebut Prabowo menunjuk Rachmat Pambudy sebagai Direktur Eksekutif. Garis penghubung antara Prabowo dan Rahmat adalah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Di organisasi ini Prabowo adalah Ketua Umum HKTI periode 2004-2009, dan Rachmat menjabat sekretaris jenderal.
Rachmat memang tak asing dengan dunia pertanian. Alumni Institut Pertanian Bogor ini seorang pengusaha peternakan. Di almamaternya ia seorang dosen, namanya sempat masuk dalam bursa pemilihan rektor pada 2007.
Di pemerintahan, Rachmat pernah menjadi staf Menteri Pertanian, Bungaran Saragih, masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan berlanjut ke pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Bersama Bungaran, dia mengurus Pusat Studi Pembangunan IPB.
Rachmat juga memiliki akses ke kelompok Nahdlatul Ulama, namanya masih tercatat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama.
Sedangkab untuk posisi Sekretaris Eksekutif, Prabowo menunjuk Endang S. Thohari.
Masalah pertanian juga yang menautkan Endang. Dia adalah Kepala Divisi Perbankan di HKTI sejak 2000 hingga sekarang. Prabowo sering membanggakan perempuan itu. “Dia adalah doktor jebolan dari Prancis,” katanya.
Endang memang menyelesaikan program doktor dibidang Sosial Ekomoni di Universitas Montpellier, Prancis, pada 1990. Ibu satu anak ini menimba ilmu di Prancis sejak 1982. Sama dengan Rachmat, Endang juga adalah alumni IPB. Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Permodalan dan Perkreditan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Departemen Pertanian, masa Bungaran Saragih menjadi menteri.
Jadi tak heran jika Prabowo juga mengundang Bungaran ikut dalam rapat Institut Garuda. “Rachmat dan Endang adalah mahasiswa saya di IPB,” kata Bungaran. Keduanya kuliah di Fakultas Peternakan IPB pada 1973.
Guru besar IPB itu membantah masuk dalam tim ekonomi Prabowo. Dia mengaku hanya akrab dengan calon presiden dari Gerindra itu karena memang sama-sama di HKTI. Doktor Bidang Ekonomi lulusan North Carolina State Universyty pada 1980 itu adalah Ketua Dewan Pembina HKTI.
Bungaran banyak menulis buku tentang pertanian dan agribisnis. Antara lain; Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian (1998) merupakan sebuah karya yang mengintisarikan perubahan ekonomi dengan pemberdayaan pertanian.
Buah fikiran Bungaran ini kemudian menjadi salah satu konsep ukuran-ukuran ekonomi serta kesejahteraan yang diusung Prabowo. "Keampuhannya belum diketahui sampai benar-benar dilaksanakan,” katanya.
Selain menggaet kelompok IPB dan HKTI, Prabowo juga menggandeng Rauf Purnama. Kiprah Rauf juga tak jauh-jauh dengan pertanian. Dia adalah bekas Presiden Direktur PT Asean Aceh Fertilizer, dan Direktur Utama Petrokimia Gresik.
Jebolan Institut Teknologi Bandung inilah yang membidani kelahiran pupuk majemuk phonska, yang kini sebagai obat mujarab untuk meningkatkan produksi beras.
Di luar masalah Pertanian, dalam tim ekonominya Prabowo merekrut Widya Purnama. Meski bernama belakang sama dengan Rauf, tetapi mereka tak ada hubungan darah. Widya adalah pria kelahrian Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 1954, sedangkan Rauf kelahiran Garut, Jawa Barat, pada 1943.
Kesamaannya, Widya dan Rauf pernah menimba ilmu di ITB. Widya menyelesaikan magister management di ITB usai menamatkan sarjananya di Institut Teknologi Surabaya. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Utama PT Pertamina (2004-2006). Sebelumnya dia berkarier di PT Indosat, mulai dari karyawan biasa hingga menjadi direktur utama.
Dari kalangan ekonom, yang sering disebut-sebut namanya oleh Prabowo adalah Kwik Kian Gie. Tapi, menurut Kwik, “Saya ini bukan orang Gerindra. PDIP tetap rumah saya.”
Dia mengaku telah beberapa kali bertemu Prabowo. “Saya datang ke rumah dia untuk diskusi, konsultasi dan memberikan masukan-masukan,” kata mantan Menko Ekonomi di masa presiden Abdurrahman Wahid.
Ia juga telah memberikan buku karyanya tentang platform presiden 2009 kepada Prabowo. “Banyak program dia yang sama pandangannya dengan pemikiran dengan saya,” kata mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas di era Megawati itu.
Selain itu, ada juga nama Prasetyantoko, dosen Unika Atmajaya. “Saya juga sering diundang diskusi, tetapi tak punya ikatan khusus,” katanya. Menurut Prasetyanto, ekonom lain yang sering diundang bersamanya adalah Imam Sugema dan Sri Edi Swasono.
Imam Sugema adalah pengamat ekonomi dari Tim Indonesia Bangkit yang pernah masuk dalam tim ekonomi Megawati. Sedangkan Sri Edi Swasono, kakak kandung Sri Bintang Pamungkas, adalah guru besar ekonomi di Universitas Indonesia.
Dari pemikiran orang-orang itulah, kata Prabowo, ia menyusun buku berjudul "Membangun Kembali Indonesia Raya, Haluan Baru Menuju Kemakmuran."
Bermula dari Hatta
Belajar secara otodidak, Prabowo mengkritik pasar bebas.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto
ADA pesan yang membekas di benak Prabowo Subianto. Saat maju sebagai calon presiden RI dia bertemu ibunya, Dora Sigar Sumitro. “Bowo jangan lupa, rakyatmu banyak yang miskin,” kata Dora. Pesan itu disampaikan Dora sebelum perempuan 87 tahun itu meninggal.
Kenangan atas pesan ibunya itu disampaikan Prabowo pada acara Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), pada pertengahan Maret lalu. Partai itu kini menjadi kendaraan politik dia untuk melaju ke kursi Presiden RI.
Meski sekarang menjadi pengusaha, Prabowo rupanya pernah hidup susah. Saat ayah kandungnya Sumitro Djojohadikusumo terlibat Pemerintahan Revolusioner Repulik Indonesia (PRRI) 1958-1961, dia terpaksa hidup pas-pasan.
Berhari-hari dia hanya menggunakan pakaian itu-itu saja. Tak pernah berganti. “Jadi, saya pernah merasakan susah,” kata Prabowo.
Dari pengalaman keluarga itulah kepedulian Prabowo terhadap kemiskinan tumbuh. Prabowo kemudian mengembangkan kepedulian itu melalui konsep ekonominya: Prabowonomics.
***
Ide Prabowonomics terhitung ambisius. Salah satunya menjadwalkan kembali utang luar negeri. Dana utang itu akan digunakan untuk program pendidikan, kesehatan, pangan dan energi.
Salah satu pilar pemasok inspirasi Prabowo adalah ayahnya sendiri, Sumitro Djojohadikusumo. Begawan ekonomi ini merupakan tokoh senior Partai Sosialis Indonesia (PSI). Dia pernah menjadi Menteri Keuangan pada saat Orde Lama.
Tapi setelah hubungan PSI dan Soekarno retak, Sumitro bergabung dengan PRRI. Akibatnya Soekarno membubarkan PSI sebagai partai politik. Sumitro juga terpaksa melarikan diri ke luar negeri selama 10 tahun.
Setelah Soekarno jatuh, Sumitro diminta pulang oleh Soeharto. Dia diberi jabatan Menteri Perdagangan. Lalu Menteri Riset dan Teknologi. Setelah itu dia pensiun tahun 1978.
Walau pensiun, Sumitro masih melancarkan kritik. Dia menyorot tajam korupsi pada era Orde Baru. Di Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia tahun 1993, Sumitro mengkritik kebocoran anggaran hingga 30 persen. Namun kritik di pinggiran itu seperti menyiram garam ke laut. Sia-sia.
Ketua Umum Gerindra, Suhardi, membenarkan pengaruh kuat Sumitro dalam konsepsi ekonomi Prabowo. “Koreksi pak Mitro dulu, sekarang digaungkan kembali oleh Prabowo,” kata Suhardi.
Kritik itu kata Suhardi, antara lain penerapan kapitalisme pasar bebas, sebuah kapitalisme tanpa batas. Kapitalisme model ini bisa membahayakan dirinya sendiri. Ini terbukti dari krisis finansial global sekarang.
Maka, kata Suhardi, dalam konsep Prabowonomics, ide yang diusung adalah kapitalisme yang terbatas dan terkontrol. Yakni melalui ekonomi kerakyatan.
***
Prabowonomics sejak awal memang mengusung ekonomi kerakyatan. Menurut Fadli Zon, ini yang membedakan konsep Prabowonomics dengan Widjojonomics dan Habibienomics.
Widjojonomics adalah sebutan bagi resep ekonomi yang digagas Widjojo Nitisastro, arsitek ekonomi Orde Baru. Dia menekankan pada aspek pertumbuhan dan pasar bebas. Habibienomics, sebutan untuk resep ekonomi masa Presiden Habibie, memajukan teknologi tinggi sebagai basis pengembangan industri.
Prabowo sendiri pengkritik keras Widjojonomics. Dalam bukunya, “Kembalikan Indonesia” terbitan tahun 2004, ia mengecam keras garis Widjojonomics. Industri subtitusi impor dan pasar bebas menurutnya membuat Indonesia terperangkap dalam paradoks. “Indonesia negeri yang kaya sumber daya alam, tetapi penduduknya miskin,” tulis Prabowo.
Sementara, Habibienomics juga mendapat kritik. Fadli Zon, kawan akrab Prabowo, menilai konsep Habibie ini memang bagus. Tapi itu tak akan terjadi dalam realitas sekarang. Soalnya, bakal banyak industri penerbangan asing berkepentingan menutup industri penerbangan milik Indonesia. Penutupan itu memang terjadi pada Industri Pesawat Terbang Nusantara. “Jadi, Habibie saya nilai terlalu naïf,” katanya.
Sementara, konsep Prabowonomics, kata Fadli Zon, bukan lahir hari ini. Tapi merupakan hasil dari sebuah pergulatan panjang. Dimulai dari kegalauan Prabowo melihat keanehan perekonomian Indonesia sejak 10 tahun lalu.
Pada 1999, Prabowo heran melihat neraca perdagangan ekspor. Tiap tahun Indonesia mengalami surplus. Tapi dananya tak pernah menjadi cadangan devisa. Sebagai pengusaha, Prabowo menemukan sebabnya: Indonesia tak punya kebijakan mewajibkan dana hasil ekspor itu disimpan di dalam negeri. Padahal, di Thailand, pengusaha wajib menyimpan dana di dalam negeri.
Dari sejumlah keanehan ini, sebagai orang awam, Prabowo lalu mencoba mencari jawaban. Dia belajar secara otodidak. Kebetulan Prabowo hobi membaca. Dia rajin membaca buku ekonomi. Dia menemukan solusi, yang lalu dikembangkan menjadi Prabowonomics. Konsep itu tertuang dalam buku “Membangun Kembali Indonesia Raya,” terbitan Maret 2009.
Menurut Dr Endang S. Thohari, pemikiran di buku itu murni datang dari gagasan Prabowo. Institut Garuda Nusantara, lembaga yang menerbitkan buku itu, hanya menguatkan melalui teori dan data. “Tapi gagasan besarnya dari pak Prabowo sendiri,” kata Sekretaris Eksekutif Institut Garuda Nusantara ini.
Dalam buku itu, program ekonomi Prabowo terlihat detil. Dia menurunkan konsep itu dalam delapan program aksi. Salah satu program aksi yang terhitung radikal adalah mencabut Undang-undang Badan Hukum Pendidikan. Alasannya, aturan itu membuat perguruan tinggi negeri menjadi mahal. Akibatnya anak seorang petani kini sulit kuliah.
***
Konsep ekonomi kerakyatan Prabowo sebenarnya bukan barang baru. Konsep ini sebelumnya pernah digulirkan almarhum Prof. Dr. Mubyarto.
Sistem ekonomi kerakyatan ini disebut Mubyarto sebagai sistem ekonomi Pancasila. Gagasannya sama dengan Prabowonomics. Di antaranya, sama-sama nasionalis, anti pada kebijakan kapitalisme neo-liberal, juga berorientasi pada penerapan pasal 33 UUD 1945.
Semasa hidupnya, Mubyarto berpendapat ilmu ekonomi sudah dikhianati. Pada era Orde Lama, ciri ekonomi masih bersemangat sosialisme. Tapi pada masa Orde Baru, sistem yang berkembang adalah kapitalisme pasar bebas.
Untuk itu, diperlukan sebuah perubahan. Caranya melalui pengembangan koperasi dan usaha kecil dan menengah. Jadi, tidak semata berpatokan pada industri besar dan konglomerasi.
Namun, konsep ekonomi kerakyatan bukan dibangun Mubyarto dari ketiadaan. Sistem ekonomi kerakyatan diakui Mubyarto sejak awal diadopsi dari semangat Hatta. Hatta lah penggagas pertama sistem ekonomi itu.
Prabowo mengakui pengaruh Hatta itu. Dalam bukunya, “Kembalikan Indonesia,” Prabowo membuat bab tersendiri tentang pemikiran Hatta. Dengan mengutip Hatta, Prabowo menulis: “Indonesia memiliki kekuatan ekonomi hanya jika tahu cara mengekploitasinya.”
Di bagian ini, Prabowo mengupas seluruh ide ekonomi Hatta. Di antaranya pentingnya pertanian dan koperasi. Hak rakyat atas tanah. Juga kritik Hatta atas teori pasar bebas (laissez-faire).
Menurut Hatta, pasar bebas hanya efektif jika seluruh bangsa dunia berada pada kondisi sama. Namun faktanya tidak semua negara ada dalam kondisi sama. Situasi ini lah yang membuat ketimpangan dan kemiskinan antara negara.
Tak hanya itu kekaguman Prabowo pada Hatta. Bukan sebuah kebetulan Hatta adalah pendiri Partai Indonesia Raya (Parindra). Nama partai Hatta itu mirip dengan nama partai Prabowo sekarang: Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Agaknya, dari Hatta lah Prabowonomics bermula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar