INDONESIA GLOBAL
Karlina Ajak Semua Bergerak Lawan Korupsi
Selasa, 22 Februari 2011 | 13:04 WIB
Dosen Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filasat Driyarkara, Jakarta, Karlina Supelli saat menjadi pembicara kunci dalam Munir Memorial Lecture yang digelar Jumat (5/9/2008). Acara bertajuk Membangun Peradaban dengan Politik Hak Asasi Manusia itu mengambil tempat di Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Setelah memimpin Suara Ibu Peduli dalam gerakan mahasiswa untuk menumbangkan Presiden Soeharto tahun 1998, Karlina Supeli kini diminta untuk memimpin kembali Suara Ibu Peduli dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
Permintaan itu disampaikan seorang penanya dalam seminar "Korupsi yang Memiskinkan", yang diselenggarakan harian Kompas di Hotel Santika, Jakarta, Selasa (22/2). Penanya yang bernama Michael, mantan pengusaha, mengakui, saat Karlina memimpin Suara Ibu Peduli, gerakan itu benar-benar membantu mahasiswa dan aktivis lainnya dalam pasokan makanan serta minuman ketika melakukan aksi mendongkel Presiden Soeharto.
Lalu, apa jawab Karlina yang kini dikenal sebagai pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara? "Terima kasih atas sarannya. Namun, jangan beri beban tambahan kepada kaum perempuan lagi. Gerakan pemberantasan korupsi merupakan gerakan bersama, yang harus dilakukan bersama," ujarnya.
Namun, ia mengingatkan, untuk memberantas korupsi, jangan memberikan toleransi apa pun pada setiap perilaku koruptif.
Korupsi
Indonesia Butuh Restorasi Meiji
Selasa, 22 Februari 2011 | 12:18 WIB
Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Karlina Supeli, menyatakan, untuk mengikis budaya feodalisme yang menjadi salah satu penyebab korupsi, mungkin saja dibutuhkan model Restorasi Meiji seperti di Jepang.
Restorasi Meiji, yang menekankan pendidikan tiga tahun sesudah tahap sekolah dasar untuk kewarganegaraan serta perkembangan karakter dan pendidikan tentang kehidupan bersama di masyarakat, akan memupus feodalisme.
Hal itu diungkapkan oleh Karlina Supeli dalam seminar "Korupsi yang Memiskinkan", yang diselenggarakan harian Kompas di Hotel Santika, Jakarta, Selasa (22/2/2011). Kemarin, dalam pengantar pembukaan seminar, Pimpinan Umum Harian Kompas Jakob Oetama menyebutkan bahwa salah satu penyebab korupsi adalah kultur feodalisme, yang menimbulkan adanya privilese (hak istimewa) dari penguasa.
"Mungkin yang kita butuhkan adalah sekolah-sekolah yang sanggup melahirkan generasi muda yang siap menjalin kembali pengetahuan dengan integritas, yang mengejar pengetahuan untuk kebaikan bersama, dan yang mengembangkan pengetahuan tidak terkorupsi, bukan untuk korupsi," tutur Karlina.
Menurut dia, Indonesia membutuhkan orang-orang yang setia merawat ikatan antara kekuasaan, tanggung jawab, dan integritas. Karlina mengaku, upayanya untuk menghidupkan kembali etika kesatria—sikap noblesse oblige—terdengar seperti tawaran orang di tengah keputusasaan menghadapi politik yang berubah wujud menjadi arena bertarung para petualang bayaran.
"Namun, tanpa orang-orang yang bersedia bertarung bukan untuk kalah atau menang, melainkan demi merawat Indonesia," papar Karlina lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar