Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: STOP KIRIM BABU KE ARAB

Selasa, 22 Februari 2011

STOP KIRIM BABU KE ARAB

INDONESIA GLOBAL
 

Darsem Bt Dawud Tawar
Nyaris Diperkosa, TKI Saudi Terpaksa Membunuh
Dia bebas dari hukum pancung asal membayar uang santunan SAR2 juta atau Rp4,7 miliar.
Selasa, 22 Februari 2011, 13:50 WIB

Darsem Bt Dawud Tawar

Seorang warga negara Indonesia lolos dari hukum pancung di Arab Saudi karena ia mengaku membunuh majikannya untuk membela diri. Kejahatan itu dia lakukan karena majikannya hendak memperkosa dia.

Pengakuan perempuan itu disampaikan Direktur Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri, Tatang Razak, Selasa, 22 Februari 2011. Pada sidang pengadilan di Arab Saudi, terpidana asal Subang bernama Darsem Binti Dawud Tawar mengaku melakukan pembunuhan secara sengaja untuk mencegah aksi bejat majikannya.

“Darsem mengaku melakukan pembunuhan semata-mata untuk menjaga diri dan kehormatannya,”ujar Tatang.

Vonis pengadilan menyatakan bahwa Darsem terbukti bersalah telah membunuh majikannya, seorang warga negara Yaman, pada Desember 2007. Sidang pengadilan di Riyadh, pada 6 Mei 2009, menjatuhkan hukuman pancung bagi Darsem.

Namun, Darsem akhirnya lolos dari eksekusi mati setelah menerima maaf dari keluarga korban. Pemberian maaf itu disertai syarat yang cukup berat untuk ditanggung terpidana.

Pada 7 Januari 2011, ahli waris korban diwakili Asim bin Sali Assegaf bersedia memberikan maaf (tanazul) kepada Darsem dengan kompensasi uang diyat (ganti rugi atau santunan) sebesar SAR2 juta, atau sekitar Rp4,7 miliar, yang dapat dicicil dalam jangka waktu enam bulan. Pernyataan tanazul tersebut telah disampaikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh kepada pengadilan setempat guna pemrosesan selanjutnya.

Sejauh ini, KBRI Riyadh baru berhasil mendapat dana sebesar SAR1 juta dari donatur Arab Saudi yang tak ingin disebutkan namanya. Tatang mengatakan saat ini KBRI di Riyadh dan pengacara yang ditunjuk oleh KBRI telah berusaha menghubungi para dermawan di Arab Saudi untuk membantu melunasi diyat Darsem.

“Jika dalam enam bulan uangnya belum terkumpul, KBRI kemungkinan akan melakukan peninjauan kembali dan meminta perpanjangan jangka waktu pembayaran,” ujar Tatang.


TKI Berkurang, Saudi Salahkan Media Massa
"Kami menghimbau para agen tidak menerima pelamar dari Indonesia karena jumlahnya sedikit"
Rabu, 16 Februari 2011, 14:51 WIB

TKI terlantar di Jeddah, Arab Saudi

Pejabat Kamar Dagang dan Industri di Arab Saudi menyalahkan gencarnya pemberintaan negatif dari media massa di Indonesia atas kondisi para pekerja di kerajaan itu. Faktor pemberitaan itu, katanya, membuat minat bekerja di Saudi jadi berkurang sehingga lebih baik perekrutan pembantu rumah tangga dari Indonesia untuk sementara dibekukan.

Menurut ketua Kamar Dagang dan Industri Jeddah (JCCI), Yahya Maqbool, seperti dilansir dari laman harian Arab News, Rabu 16 Februari 2011, pemberitaan yang mengupas habis kasus penyiksaan dan pelecehan terhadap pekerja Indonesia membuat para pekerja takut ke negara tersebut. Maka, JCCI menghimbau para agen perekrutan untuk menghentikan penerimaan tenaga kerja dari Indonesia.

“Saat ini tidak ada penghentian resmi terhadap pekerja yang masuk, namun kami menghimbau para agen perekrutan untuk tidak menerima pelamar dari Indonesia karena sedikitnya jumlah pelamar dari negara itu,” ujar Maqbool.

Dia mengatakan bahwa merekrut dan mengeluarkan visa bagi sedikit pelamar untuk bekerja di negaranya tidak menguntungkan Arab Saudi maupun Indonesia, sehingga lebih baik proses itu dihentikan sementara. Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur mengurus visa, diperbolehkan untuk bekerja di Arab Saudi.

“Kami tidak menerima lamaran baru, namun pekerja Indonesia yang telah melengkapi proses visa diperbolehkan bekerja di Arab Saudi,” ujar Maqbool.

Pemberitaan media yang negatif, menurut Maqbool, adalah bentuk propaganda untuk mencegah warga negara Indonesia bekerja di negaranya. Maqbool mengatakan bahwa Arab Saudi tidak seperti yang diberitakan. Warga Arab Saudi, ujarnya, sama seperti negara lainnya, ada yang baik dan jahat.

“Di Arab Saudi, tidak hanya ada berita penyiksaan namun juga kisah sukses para pekerja yang datang ke Kerajaan (Arab Saudi), menabung dan kembali ke tanah air membuka usaha, restoran, hotel dan usaha-usaha lainnya. Tidak adil jika media hanya melaporkan beberapa kasus negatif dan mengabaikan berita yang positif,” kata Maqbool.

Dia juga mengatakan bahwa pihak yang berwenang terhadap ketenagakerjaan di Indonesia tidak mematuhi kesepakatan yang telah dibuat oleh kedua negara.

“Kami ingin meneruskan mempertahankan hubungan kami dengan Indonesia, tapi pihak berwenang tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati,” ujar Maqbool tanpa merinci persyaratan yang dimaksud.

Bulan lalu, media Saudi mengungkapkan bahwa negeri mereka mulai sulit mendapat pembantu baru dari Tanah Air. Menurut harian Saudi Gazette, Kedutaan Besar Saudi di Jakarta dulunya memproses izin (visa) kerja sebanyak hampir 2.000 orang per hari. Kini, jumlahnya menurun drastis hingga tidak sampai 200 orang per hari.

Komentar
fahmipetrucci
21/02/2011
udah lah agen2 Tenaga Kerja ga usah gembar gembor bawa orang ke luar negeri,,mending buka USAHA atau membuka LAPANGAN PEKERJAAN di NEGERI SENDIRI..berdayakan SDM.itu baru namanya negara MAJU..
• Balas
godwitus
16/02/2011
ya enak mana dibayar untuk disiksa di arab??? lebih baik mikir 2 kali sebelum kerja di sana.. maunya dapat duit malah dapat penderitaaan ..hmmm sadarlah TKI
• Balas
souji
16/02/2011
Kalo lagi butuh aja dicari2.. sehari2nya malah disiksa.. gmn sih ini?
• Balas
bio13 | 17/02/2011
yg cari tuh perusahaan tki arab saudi, yg nyiksa itu majikannya....jd gak gimana2
anaking
16/02/2011
tidak ada asap klo tidak ada api , cma di arab dan malaysia aja yg slalu mendapat brita negatif dari dulu tentu ada sebabnya
• Balas
wewew
16/02/2011
mo pake alasan apapun hari gini mah lebih enak tinggal di negeri sendiri...
• Balas
why
16/02/2011
lebih baik bekerja di luar negara arab.....
• Balas
tikus
16/02/2011
Tinggal disensus saja, yang sukses berapa dan yang habis disiksa orang Arab berapa?
• Balas
gatsme
16/02/2011
yaudah cari aja PRT dari negara lain yg lebih membutuhkan spt dari palestina atau israel berani gak??


Menggelandang di Saudi, 306 WNI Dipulangkan
Proses ini bisa cukup lama, karena mereka terus saja berdatangan ke kolong jembatan.
Senin, 14 Februari 2011, 09:47 WIB

TKI terlantar di Jeddah, Arab Saudi

Pemerintah Indonesia hari ini memulangkan lebih dari 300 warga negara Indonesia (WNI) penghuni kolong jembatan di Jeddah, Arab Saudi. Kebanyakan dari mereka tersangkut masalah hukum karena izin tinggal sudah habis.

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri, 306 WNI akan mendarat siang ini di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Mereka terdiri atas 241 tenaga kerja wanita (TKW), 27 anak-anak, dan 38 bayi.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Kusuma Habir, mengatakan bahwa ini adalah langkah pertama untuk mengurangi jumlah WNI yang tinggal di kolong jembatan.

Kusuma tidak mengungkapkan berapa banyak WNI yang menggelandang di kolong jembatan. Namun, menurut dia, proses pemulangan seluruh WNI bisa memakan waktu cukup lama, karena mereka terus saja berdatangan ke kolong jembatan.

“Saat ini, kami sedang berkonsultasi dengan Kerajaan Arab Saudi untuk mendapatkan solusi yang tuntas mengenai permasalahan ini. Sementara ini, kami berusaha memulangkan mereka satu per satu,” ujar Kusuma saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Senin 14 Februari 2011 .

Solusi yang dimaksud, Kusuma menjelaskan, adalah upaya untuk menanggulangi dan mencegah para WNI kembali menghuni kolong jembatan di Arab Saudi. Gelombang kedua pemulangan WNI direncanakan pada Kamis, 17 Februari 2011.

Berdasarkan laporan dari Kemlu, para TKW tersebut adalah para overstayer atau yang telah habis izin tinggalnya di negara tersebut, namun tidak memperpanjangnya. Para TKI kebanyakan adalah para pelarian dari rumah majikannya karena beberapa hal, kemudian mereka sengaja berkumpul di kolong jembatan Jeddah untuk dipulangkan.

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lari dari majikan antara lain disebabkan tidak betah bekerja karena alasan tidak cocok, beban kerja yang cukup berat, gaji tidak dibayar atau mendapat perlakuan yang tidak baik seperti pelecehan, penganiayaan dan lain sebagainya.

Sindikat kriminal juga berperan dalam mempengaruhi para TKI yang bekerja secara prosedural dengan mengiming-imingi gaji lebih besar. Mereka akhirnya berpindah majikan tanpa menyadari risiko status keimigrasian yang sangat merugikan TKI tersebut.

Para sindikat ini juga mengincar para eks jemaah umroh yang kemudian bekerja secara ilegal. “Di antara WNI yang overstayers tersebut, 20 persen merupakan eks jemaah umroh yang bekerja secara ilegal,” demikian pernyataan Kemlu.

souji
16/02/2011
Di mana peran pemerintah Indonesia dalam memperlakukan "pahlawan devisa", jangan cuma dieksplotasikan doang buat devisa.
• Balas
kadaris
14/02/2011
sy yakin pemerintah juga pasti memulangkan TKI-TKI yang bergelandangan di negara-negara lain !
• Balas
bernard
14/02/2011
coba yg di malaysia di urusin jg, di camp semenyeh ada ribuan tki ditahan, dari dibawah umur sampe yg tua ada disana

Tidak ada komentar: