Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL

Rabu, 29 Desember 2010

INDONESIA GLOBAL




Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan di Tanah Air. Setiap perempuan tanpa memandang usia dan latar belakang berisiko terkena kanker serviks yang disebabkan infeksi atau reinfeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 yang secara bersama mewakili 71 persen penyebab utama kanker itu. Padahal, jenis kanker ini sebenarnya bisa dicegah.

"Kami turut prihatin dengan tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia, terutama karena penyakit ini merupakan beban kesehatan, ekonomi, dan sosial bagi perempuan di mana pun," kata Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia dr Melissa S Luwia di Jakarta.

Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Yayasan Kanker Indonesia dr Sumarjati Arjoso menambahkan, penyuluhan mengenai bahaya kanker serviks dan pencegahannya perlu digalakkan agar lebih banyak perempuan Indonesia memperoleh kesempatan untuk mendapat informasi tentang deteksi dini dan pencegahan kanker serviks. "Peran survivor kanker serviks dapat memberi dukungan dan informasi akan membantu pasien kanker serviks meringankan bebannya," ujarnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (Hogi) Prof Farid Aziz menjelaskan, kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang dapat dicegah. Namun, lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.

"Kami mengimbau kepada para perempuan untuk melakukan pencegahan sejak dini. Deteksi dini dengan tes Pap yang dipraktikkan di negara maju menunjukkan hasil sangat memuaskan dengan menurunkan angka kematian karena kanker serviks lebih dari separuhnya," ujarnya. Kendala di negara sedang berkembang adalah deteksi dini dan vaksinasi relatif mahal dan memerlukan biaya tinggi, tenaga ahli, dan pengorganisasian yang tidak rapih.

Karena itu, di negara yang sedang berkembang harus dipilih cara yang lebih praktis dan murah, yaitu IVA atau inspeksi visual dengan asam asetat sebagai pengganti tes Pap. Yang lebih praktis lagi kalau kendala biaya bisa diatasi adalah dengan vaksinasi. "Cara ini sangat praktis karena cukup dengan suntikan, tidak memerlukan perlengkapan yang rumit dan memiliki efektivitas tinggi," kata Farid.

Prof Samsuridjal Djauzi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo menyatakan, tidak seperti sejumlah virus lain, jika seorang perempuan terinfeksi virus HPV, bukan berarti perempuan itu akan mempunyai kekebalan terhadap virus itu. "Dia tetap berisiko untuk mendapatkan infeksi berulang dari tipe HPV yang sama atau berbeda, dan tetap berisiko terkena kanker serviks," ujarnya.

"Vaksin kanker serviks bekerja dengan meningkatkan kekebalan tubuh untuk dapat melindungi dari infeksi atau re-infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks," kata Samsuridjal. Dari studi klinis terkini, vaksin kanker serviks adjuvant dapat memberi perlindungan yang luas untuk tipe HPV penyebab kanker dengan masa proteksi paling lama dan harga terjangkau bagi lebih banyak perempuan.

Tidak ada komentar: