T Pertamina (Persero) mengungkapkan, program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg telah memberikan penghematan subsidi negara sebesar Rp 21,38 triliun.
Dirut Pertamina Karen Agustiawan di Jakarta, Jumat (3/9/2010), mengatakan, nilai penghematan tersebut merupakan akumulasi sejak awal program pada tahun 2007 hingga Agustus 2010.
"Total penghematan program konversi adalah Rp 32,07 triliun dan, setelah dikurangi biaya paket perdana konversi Rp 10,69 triliun, didapat penghematan bersih Rp 21,38 triliun," katanya.
Menurut dia, pada awal konversi tahun 2007, program masih memerlukan tambahan subsidi Rp 200 miliar. Selanjutnya pada 2008, kita sudah menghemat Rp 5,53 triliun, 2009 hemat Rp 6,92 triliun, dan 2010 menghemat lagi Rp 9,13 triliun dari target Rp 13,63 triliun. "Dengan demikian, akumulasi penghematan bersih mencapai Rp 21,38 triliun," ujarnya.
Karen mengatakan, status per Agustus 2010, paket perdana konversi yang didistribusikan mencakup 45,558 juta kepala keluarga di 16 provinsi. Pada 2010, progres pendistribusian memang baru mencapai 23 persen dari target 9,395 juta paket perdana.
Namun, volume minyak tanah yang sudah ditarik tahun 2010 saja mencapai 4,499 juta kiloliter atau 73 persen dari target 6,172 juta kiloliter. "Sementara itu, akumulasi minyak tanah yang ditarik sejak awal konversi tahun 2007 sampai sekarang telah mencapai 12,139 juta kiloliter," ujarnya.
Karen juga mengatakan, secara akumulasi periode 2007-2010, suplai elpiji sudah mencapai 4,061 juta ton. Khusus 2010, suplai elpiji sudah tercapai 1,596 juta ton dari target suplai sebanyak 3,002 juta ton.
Karen menambahkan, selama tiga tahun program konversi dilaksanakan, konsumsi minyak tanah bersubsidi turun drastis menjadi hanya tinggal 20 persen. Padahal, lanjutnya, program konversi baru mencakup 16 dari 28 provinsi yang direncanakan.
Ia juga mengungkapkan, dengan keberhasilan program konversi, terlihat sebanyak 10 persen volume minyak tanah bersubsidi melenceng dari peruntukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar