SINGAPURA INCAR ORANG KAYA INDONESIA
Bagi sebagian orang Indonesia yang berkantong tebal, Singapura bukan cuma surga belanja kebutuhan sandang, seperti baju, sepatu, dan tas, melainkan juga nirwana untuk memborong papan alias tempat tinggal.
Tak sedikit dari warga negara kita yang membeli hunian seperti apartemen di Negeri Merlion tersebut. Lihat saja data penjualan proyek apartemen milik Far East Organization. Dari sekitar 7.300 transaksi, orang kaya asal Indonesia menjadi salah satu pembeli terbanyak hunian jangkung di Singapura. “Pembeli dari Indonesia merupakan pembeli terbanyak kedua kami setelah pembeli Singapura,” kata Asisten Manajer Pemasaran Far East, Maikel Tanuwidjaja.
Ada dua apartemen yang sedang dibangun Far East. Pertama, Apartemen Silver Sea yang berdiri di atas lahan seluas 2,2 hektar dan memiliki empat menara setinggi 21 lantai. Lokasinya di kawasan pantai East Coast, sekitar 10 menit dari Bandara Changi.
Kedua, Cyan Apartment yang dibangun di daerah Bukit Timah dengan luas lahan 1,4 hektar. Tak mau kalah, Frasers Hospitality juga tengah menggarap proyek apartemen baru yang diberi nama Apartments Fusionopolis. Ada dua tipe yang mereka tawarkan, yakni Fraser Suites yang menghadap River Valley, dan Fraser Place yang memiliki pemandangan kawasan Robertson Quay. “Sasaran kami adalah para eksekutif,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Frasers Hospitality Choe Peng Sum.
Bangga Nirwanjaya, pengamat properti, bilang, pengembang hunian di Singapura memang sedang gencar-gencarnya memasarkan apartemen. Maklum, banyak perusahaan ternama dunia yang membuka cabang atau kantor perwakilan di Singapura. Untuk pemasaran, imbuh Bangga, pengembang Singapura mengandalkan pembeli dari luar negeri, terutama Indonesia.
Pengamat properti dari Jones Lang LaSalle Indonesia, Anton Sitorus, menambahkan, Singapura memang tetap menjadi pilihan banyak warga asing, tak terkecuali Indonesia. “Pada dasarnya, orang kita punya duit. Ya belanja apa saja ke sana. Belanja baju ke sana, termasuk properti, sudah dianggap wisata saja,” ujar Anton.
Menurut Maikel, hingga Agustus 2009, pembeli apartemen dari Indonesia mencapai 22 persen dari total jumlah pembeli apartemen di Singapura. Sekitar 60 persen di antaranya membeli apartemen untuk hunian, sedangkan sisanya buat investasi.
Sekarang, ungkap Maikel, pengembang properti masih memilih kawasan Orchard Road untuk membangun proyek apartemennya. Namun ke depan, seiring kian sesaknya daerah tersebut, pembangunan apartemen akan beralih ke kawasan pantai. “Sudah banyak pengembang yang mulai menawarkan wilayah pantai Singapura,” kata Maikel.
Maikel dan Bangga menilai, pembangunan apartemen di Singapura hingga penghujung tahun ini akan terus menggeliat. Pembangunan proyek yang sempat tertunda akibat krisis global akan kembali bergulir seiring membaiknya ekonomi dunia. Jadi, “Tidak ada penjadwalan ulang lagi untuk pembangunan apartemen,” ujar Maikel.
Ketua Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria mengungkapkan, ketika badai krisis global menghajar, harga properti di Singapura sempat turun hingga 40 persen. Harga jual properti di negara itu dari 2 juta sampai 6 juta dollar Singapura per unit. Namun, penurunan harga tersebut hanya sebentar. Soalnya, “Nilai investasinya bakal melejit kembali karena permintaannya cukup tinggi,” kata Teguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar