Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: WARTAWAN DAN SELEB DUNIA DUKUNG WIKILEAKS

Rabu, 15 Desember 2010

WARTAWAN DAN SELEB DUNIA DUKUNG WIKILEAKS

INDONESIA GLOBAL

Rabu, 15 Desember 2010 13:07 WIB

Wartawan dan Selebritis Dukung WikiLeaks
Jakarta

Sejumlah wartawan membela situs peniup-peluit WikiLeaks dan membandingkannya dengan publikasi dokumen bocor milik Departemen Pertahanan AS (Pentagon) oleh New York Times pada 1971, sementara para peretas pro-WikiLeaks terus melancarkan serangan cyber terhadap musuh-musuh WikiLeaks.

Situs yang didirikan Julian Assange ini juga mendapat dukungan dari para selebritis dan para sineas, termasuk sutradara film dokumenter ternama Michael Moore, yang dikabarkan memberikan donasi 380 ribu dolar AS untuk membayar uang jaminan penangguhan penahahan Assange yang dituduh melakukan pelecehan seksual di Swedia.

Sementara itu Angkatan Udara AS (USAF) menyatakan bergabung dalam perang melawan WikiLeaks dan New York Times

USAF dikabarkan telah memblokir akses ke WikiLeaks dan laman-laman media seperti New York Times, Guardian dan Der Spiegel yang pertamakali mempublikasikan dokumen-dokumen bocoran WikiLeaks itu.

Kepada Reuters, juru bicara USAF berkilah pemblokiran akses tersebut adalah semata kegiatan rutin.

Langkah USAF ini diikuti oleh Pentagon yang memblokir akses para pegawainya ke dokumen-dokumen yang dibocorkan WikiLeaks, sementara  Universitas Columbia melarang sivitas akademiknya membicarkaan WikiLeaks di jejaring sosial.

Tidak hanya lembaga-lembaga besar, para bloger, komentator, dan politisi juga menyerukan tindakan hukum atas Julian Assange dan organisasinya.

Sementara itu, dalam editorialnya kemarin, New York Times menjelaskan keputusannya mempublikasikan dokumen-dokumen rahasia yang dibocorkan WikiLeaks.

"Alasan terpenting mengapa artikel-artikel ini disiarkan adalah bahwa kawat-kawat diplomatik itu menceritakan hal sebenarnya tentang bagaimana pemerintah membuat keputusan-keputusan besar yang mempertaruhkan nyawa dan uang rakyat negara ini.

Adalah terlalu angkuh menyimpulkan rakyat Amerika tidak berhak tahu apa yang dilakukan (negara) atas nama mereka," demikian New York Times.

Tidak ada komentar: