Satu Bangku Dijual Rp 3 Juta
Sekolan Negeri Jadi Lahan Basah
ilustrasi
Sabtu, 3 Juli 2010 | 09:32 WIB
JAMBI, Praktik jual beli bangku sekolah dalam penerimaan siswa baru (PSB) disinyalir terjadi di Kota Jambi tahun ini. Informasi yang diperoleh Tribun dari orang tua calon siswa yang mendaftarkan anaknya di satu sekolah berstandar internasional (SBI), harga satu bangku bahkan bisa menyentuh angka Rp 3 juta.
Sumber Tribun tersebut mengatakan, ia ditawari oleh seorang guru di SMPN 6 Kota Jambi saat mendaftarkan anaknya. Oknum tersebut menjamin bisa membantu memasukan si anak dengan syarat harus ada pembayaran secara khusus sebesar Rp 3 juta. Selain itu si oknum juga mengatakan sudah berkoordinasi dengan kepala sekolah yang bersangkutan.
Namun informasi tersebut dibantah keras Kepala Sekolah SMPN 6 Kota Jambi, Drs Ismed Muhammad. "Ah, tidak benar itu. Biasalah kalau ada oknum tertentu yang tidak senang atau anak- anak yang tidak terjaring, pastilah ada saja rumor seperti itu," kata Ismed, saat dihubungi Tribun, Jumat (2/7) pukul 20.00 WIB via ponsel.
Menurut Ismed, untuk penerimaan PSB 2010 ini, pihaknya selalu transparan dalam penerimaan siswa. Ia bahkan mengatakan sekolah memberikan perhatian khusus bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu namun memiliki nilai ijazah yang bagus.
"Tahun ini kapasitas penerimaan siswa baru di SMPN 6 sebanyak 400 orang untuk Sekolah Berstandar Internasional (SBI)," ujarnya seraya mengatakan, jumlah lokal yang dimiliki mencapai 10 dengan dikurangi siswa yang tinggal.
Disinggung mengenai adanya oknum guru di SMPN 6 memiliki jatah bangku sebanyak dua calaon siswa, lagi-lagi Ismed membantahnya. "Lebih baik jangan ditulis sajalah. Itu tidak benar informasinya," kata Ismed menegaskan kembali sambil menutup ponselnya.
Di tempat terpisah, Tribun juga menemukan informasi adanya upaya oknum guru yang diduga hendak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dalam PSB tahun ini. Informasi ini disampaikan Oni (nama disamarkan, red).
Kepada Tribun Oni mengaku awalnya ia berniat memasukkan keponakannya ke sebuah SMA Negeri yang berlokasi di Kecamatan Kota Baru Jambi. Keponakannya, kata Oni, berasal dari SMP di luar Kota Jambi.
Sehari sebelum pengumuman PSB, Kamis (1/7), ia ditawari oleh seorang oknum guru di sekolah tersebut yang mengaku bisa menjamin keponakannya diterima. Syaratnya Oni diminta membayar imbalan Rp 2 juta. "Katanya uang itu bukan untuk dia, tapi untuk kepala sekolah," tutur Oni.
Tawaran itu tidak begitu menarik minat Oni, lantaran ia tidak memiliki uang sebanyak itu. Oni juga menduga tawaran tersebut merupakan ajang untung-untungan bagi si oknum guru tersebut. "Kami tidak ada duit sebanyak itu. Mungkin itu akal-akalan si guru, siapa tahu keponakan saya lulus resmi, tapi oknum itu ingin memanfaatkan saja," ucapnya.
Ketika dihubungi via telepon pada pukul 17.00 WIB Jumat (2/7), Oni memberitahu Tribun bahwa keponakannya tidak lulus PSB. "Tapi masih ada kemungkinan lewat pintu belakang. Asal ada duit," ujarnya.
Informasi adanya "pintu belakang" bagi siswa yang gagal dalam PSB resmi dibenarkan TM (36), seorang guru di Kota Jambi. Kepada Tribun ia mengaku memiliki pengalaman buruk beberapa tahun yang lalu. "Waktu itu tahun 2007, setelah pengumuman kelulusan, banyak sekali orang yang mau masukkan anak lewat jalur belakang," ceritanya.
TM juga mengaku kesal, karena sekolah tempat ia mengabdi beberapa tahun silam, telah menerima 83 siswa lewat pintu belakang. Setiap orang tua dipungut uang berkisar antara Rp 2-Rp 3 juta. "Saya kesal sekali. Masak saya mau masukkan keponakan sendiri juga dimintai uang Rp 1 juta. Itu yang ngomong Wakil Kepsek," tuturnya.
Menurut TM, aksi lewat pintu belakang itu tidak akan hilang sampai PSB tahun ini, meski dalam prosedur harus melalui ujian. "Kuncinya di Kepsek dan orang-orang dekatnya," kata TM.(udi/abi/bon/eso)
Diposkan oleh RADAR JAMBI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar