Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: JAKARTA TENGGELAM BERITA LENGKAP

Jumat, 28 Januari 2011

JAKARTA TENGGELAM BERITA LENGKAP

INDONESIA GLOBAL



Metro
Permukaan Tanah Jakarta Anjlok Satu Meter
Penurunan permukaan tanah paling parah di Muara Baru, Jakarta Utara.


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengakui telah terjadi penurunan permukaan tanah di Jakarta. Untuk mencegah supaya proses itu tak berlanjut, akan dilakukan berbagai upaya baik secara operasional maupun regulasi melalui peraturan daerah.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Yusuf Effendi Pohan, penurunan permukaan tanah yang paling parah terjadi di Muara Baru, Jakarta Utara.

Berdasarkan penelitian Pemerintah Provinsi DKI, dalam jangka waktu delapan tahun terakhir (2002-2010) area tersebut mengalami penurunan signifikan hingga lebih dari satu meter.

"Kami punya alat monitoring penurunan tanah di daerah Jakarta Utara dan Taman Langsat," ujar Yusuf Pohan, di Balaikota, Jumat, 1 Oktober 2010.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Peni Susanti penurunan permukaan tanah itu telah ditangani dengan menggalakkan Perda No. 10 Tahun 1988 tentang Penyelenggaraan dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

"Pengambilan air tanah dalam menjadi penyumbang 17,5 persen penurunan permukaan tanah, dihentikan dengan perda tersebut," Peni menerangkan.

Selain itu, juga akan digalakkan penerapan Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2009 tentang nilai perolehan air sebagai dasar pengenaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah.

Peni menambahkan peraturan gubernur tersebut bakal membuat tarif air tanah lebih tinggi dari air PAM, sehingga masyarakat dan pengusaha akan mengurangi pengambilan air tanah dan beralih ke air PAM. "Penggunaan air sumur akan dibatasi dengan program zero deep well, artinya penggantian air bawah tanah ke air PAM," ungkapnya.

Dia juga menjelaskan telah melakukan pengisian air tanah menggunakan sumur injeksi di empat titik sumur dengan kedalaman 70-250 meter, sumur resapan untuk air tanah dangkal sebanyak 83.064 buah, dan lubang resapan biopori untuk air tanah dangkal sebanyak 3,12 juta titik. Jumlah yang diperlukan Jakarta mencapai 76 juta.

"Akan dikeluarkan peraturan gubernur tentang daur ulang air dengan prinsip 5R yaitu Redo, Reuse, Recycle, Recharge, dan Recovery," katanya.

Sementara itu, PAM Jaya berencana membangun pabrik air di Waduk Jatiluhur untuk menghasilkan air curah yang dialirkan langsung dengan pipa ke Jakarta. Proyek yang ditargetkan selesai 2013 akan menghasilkan air curah 5.000 liter per detik.



Metro
Contoh Belanda, DKI Bangun Tanggul Raksasa
Ini untuk mengantisipasi banjir rob yang kerap terjadi dan penurunan permukaan tanah.
Rabu, 26 Januari 2011, 17:36 WIB


Waduk Pluit

Peningkatan permukaan air laut dan penurunan muka tanah (land subsidence) telah terjadi di sebagian wilayah Jakarta. Dua gejala alam itu yang menjadi penyebab sering terjadinya banjir rob di wilayah Jakarta Utara.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merasa pembangunan bendungan raksasa atau giant seawall di pantai utara Jakarta mendesak dan perlu cepat dilakukan. "Ternyata, land subsiden lebih cepat gerakannya dibandingkan kenaikan permukaan air laut. Keduanya membuat genangan di pantai utara Jawa, temasuk Jakarta," ujar Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Balaikota DKI Jakarta, Rabu 26 Januari 2011.
Menurut Fauzi Bowo, tanggul yang saat ini ada belum cukup mengatasi bencana banjir air pasang dengan baik. Diprediksi, dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, DKI harus memiliki sistem penanggulan terbaru. Sebab sistem yang saat ini digunakan sudah tidak bisa diterapkan. "Untuk itu, diperlukan peninggian tanggul," katanya.
Ditegaskan Fauzi Bowo, sistem polder atau penampungan air, harus dibangun lebih ke depan, ke arah laut di wilayah itu. Sehingga kawasan di bawah permukaan air laut tidak akan tergenang. Sistem ini telah diterapkan di Belanda dan New Orleans, Amerika Serikat.

"Meski air laut tinggi, tetapi kawasan di bawah permukaan air laut tetap kering karena ada tanggul raksasa yang akan memompa air ke laut," jelasnya.

Sebenarnya hal itu sudah dilakukan secara bertahap dengan skala yang lebih kecil. Contohnya di Pluit, Ancol, dan bagian Jakarta yang sedang direklamasi. Namun, bendungan ini harus dibuat secara menyeluruh karena merupakan bagian dari desain master plan penanggulangan banjir di Jakarta.

Deputy Representative Bos Witteveen, salah satu perusahaan anggota Konsorsium Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS) Sawarendro mengatakan, sejak Desember 2010 telah dilakukan penyusunan rencana strategi sebagai bagian kegiatan perencanaan pembangunan tanggul laut raksasa.

Diharapkan bulan Mei 2011, strategi ini sudah bisa dipaparkan untuk didiskusikan stakeholder yang bersangkutan seperti Bappenas, Departemen PU, Dinas PU dan Pemprov DKI Jakarta.

Terdapat empat pilihan tanggul laut yang mungkin bisa diterapkan, yaitu pembangunan tanggul laut diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara, tanggul laut berada di luar wilayah reklamasi, tanggul laut berada di luar wilayah reklamasi kecuali Tanjung Priok dan tanggul laut menghubungkan antar pulau di Kepulauan Seribu.

Pilihan pertama dinilainya merupakan pilihan yang paling mungkin dilakukan untuk dilaksanakan dalam 20 tahun ke depan.

"Menimbang opsi ini membutuhkan pembiayaan yang relatif kecil dan pelaksanaan bisa dilakukan dengan kontribusi sektor publik dan swasta," ujarnya.

Metro
Dam Raksasa Atasi Banjir DKI Hingga 100 Tahun
Rencana dam raksasa atau giant sea wall akan dibahas awal Februari.
Jum'at, 28 Januari 2011, 06:44 WIB
Eko Priliawito, Dwifantya Aquina
Banjir akibat rob

Rencana pembangunan tanggul atau dam raksasa atau giant sea wall akan dibahas Pemerintah DKI Jakarta bersama dengan pemerintah pusat awal Februari mendatang.

Dalam pembahasan nanti, DKI akan fokus terhadap pembuatan grand design bendungan raksasa yang diyakini dapat menghindari ibukota dari malapetaka pada 2025, yakni ancaman Jakarta tenggelam.

Menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, kerjasama yang dilakukan dengan pemerintah Belanda ini baru sampai pada tahap pre elementary atau kajian dasar. "Kajiannya tidak bisa terburu-buru, karena ini kajian defense strategy jangka panjang di seluruh pantai utara Jawa," kata Foke, begitu sebutan Fauzi Bowo.

Konsep pembangunan tanggul laut raksasa yang diintegrasikan dengan reklamasi pantai utara karena peningkatan air laut terus bertambah. Bendungan raksasa ini, sengaja dirancang untuk mengantisipasi bencana banjir Jakarta hingga 50-100 tahun mendatang.

"Peningkatan permukaan air laut terus bertambah, tidak bisa dihindari. Itu world wide dan terjadi dimana-mana. Jadi kita harus merespon dengan cara yang lain yaitu membangun giant seawall. Itu harus dibuat dengan perencanaan teliti," paparnya.

Mengingat wilayah utara Jakarta memiliki tingkat penurunan muka tanah (land subsidence) paling parah, maka studi amdal sangat penting dilakukan. Foke pun menyadari hal itu dan rencana studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dipastikan akan terlaksana.

"Masalah studi Amdal itu kecil, yang penting kan grand designnya dulu. Nanti belakangan baru kita buat studi Amdalnya, tentu ini tidak bisa kita buat tanpa studi Amdal. Saya juga belum tahu akan dipasang itu, butuh kajian lebih lanjut," ungkapnya.


Metro
Malapetaka Jakarta 2012 Versi Sutiyoso
Kata mantan Gubernur DKI, Sutiyoso Jakarta akan menghadapi malapetaka tahun 2012.
Senin, 18 Oktober 2010, 11:14 WIB
Maryadie
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso

Jakarta akan mengalami malapetaka lebih cepat dari yang diperkirakan, yakni terjadi pada 2012. Itu kata mantan Gubernur DKI, Sutiyoso. Malapetaka itu berupa macet parah dan akan tenggelam.

Jika dikaji, pernyataan Sutiyoso ini sama seperti prediksi Dinas Perhubungan DKI Jakarta tentang kemacetan. Data itu menyebutkan, pertambahan jumlah kendaraan pribadi di Jakarta mencapai 1.117 per hari atau sekitar 9 persen per tahun.

Sementara pertumbuhan luas jalan relatif tetap, sekitar 0,01 persen per tahun. Jika tak segera ada pembenahan pola transportasi, pada tahun 2014 Jakarta macet total.

Tapi Sutiyoso punya solusi untuk menhindari petaka ini. Kata dia, pembangunan transportasi massal harus segera dibangun. Kata dia, yang paling realistis adalah menyelesaikan koridor busway terlebih dahulu. Setelah itu baru menyusul monorel dan MRT. "Jika tidak maka kendaraan akan mandek, macet total," ujarnya.

Lalu malapetaka lainnya menurut Sutiyoso adalah Jakarta tenggelam. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta penurunan tanah yang paling terlihat di Waduk Pluit Jakarta Utara. Saat ini permukaan air laut lebih tinggi 3 meter dari air waduk.

Sutiyoso juga punya tiga cara untuk mengatasinya. Pertama, secara lokal dengan cara menyedot dengan pompa dan buang ke sungai terdekat.

Kedua, masalah dari rob, dengan cara mereklamasi pantai.

Ketiga, membuat situ atau danau di Ciawi atau Sentul. Sebab Jakarta dialiri 13 sungai dari Jabodetabek.

Dengan adanya situ itu maka 3-4 aliran sungai dapat dibelokkan ke arah situ tersebut pada musim penghujan.

Selain itu jika curah hujan tinggi dapat berfungsi sebagai kantong air, sisanya masuk ke Jakarta melalui Banjir Kanal Barat dan Timur. "Namun masalahnya, bupati Bogor apa mau bikin situ yang besar?" ujarnya.

Untuk itu diperlukan konsep megapolitan dimana adanya kesatuan tata wilayah kota yang terintegrasi.


Metro
Air Laut Lebih Tinggi 3 Meter dari Daratan
Terjadinya penurunan permukaan tanah di Jakarta menjadi penyebab utama.
Selasa, 5 Oktober 2010, 10:33 WIB
Eko Priliawito, Dwifantya Aquina
Banjir akibat rob di Jakarta Utara

Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta akan membangun waduk di Pelabuhan Marina Jakarta Utara. Pembangunan ini dilakukan karena permukaan air laut saat ini lebih tinggi dari permukaan air anak Sungai Ciliwung.

Penurunan permukaan tanah juga terjadi di Waduk Pluit Jakarta Utara. Air laut lebih tinggi tiga meter dari pada air waduk. Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta akan mengantisipasinya dengan pembuatan 11 pompa yang memiliki kapasitas 48,5 meter kubik setiap detik.

Antisipasi lainnya dengan pembangunan waduk di Pelabuhan Marina, A Ancol akan segera dilakukan. Karena air laut juga mulai lebih tinggi, sehingga menutup Pintu Air Marina.

Menurut Wakil Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Putu Indiana, tahap untuk pembangunan waduk tersebut pada tahun ini masih dalam tahap perencanaan. Secara teknis akan ditempatkan sejumlah pompa di Pintu Air Marina.

"Ini akan membuat air anak Sungai Ciliwung langsung ditarik ke laut dan menghilangkan genangan," ujarnya lagi.

Putu mengatakan, berada di bawahnya air sungai dibanding air laut karena telah terjadinya penurunan permukaan tanah di Jakarta.

Penurunan permukaan tanah tersebut disebabkan beberapa faktor di antaranya permukaan air tanah turun, curah hujan ekstrim yang belakangan melanda Jakarta, dan secara alamiah permukaan air laut memang mengalami kenaikan.

"Penurunan permukaan tanah akan membuat banyak daerah beberada di bawah saluran-saluran, seperti sungai dan waduk. Sehingga secara gravitasi di beberapa daerah air tidak bisa turun ke laut," ujarnya.

Tidak ada komentar: