JAMBI GLOBAL
 Penggunaan bahasa gaul oleh kalangan anak-anak dan  remaja saat ini menjadi sebuah ancaman bagi Bahasa Indonesia yang kurang  diminati oleh generasi penerus bangsa.
  "Bahasa gaul sangat digemari oleh kalangan muda, bahkan mereka  menggunakan bahasa itu setiap saat," kata mantan Kepala Pusat Bahasa  Kementerian Pendidikan Nasional, Dr Dendy Sugono, Sabtu, di sela-sela  seminar nasional.
  Fakultas Sastra Universitas Jember menggelar seminar nasional dan  dialog budaya dengan tema "Pemanfaatan Potensi Bahasa dan Budaya Dalam  Menghadapi Era Global Menuju Masyarakat Yang Semakin Bermartabat" di  gedung Soetarjo Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
  Dalam seminar nasional tersebut hadir narasumber mantan Kepala Pusat  Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Dr Dendy Sugono, pelawak Bambang  Gentolet, dan dosen Fakultas Sastra Prof Ayu Sutarto.
  Menurut Dendy, anak muda cenderung meniru bahasa yang digunakan  idolanya seperti para artis yang sering muncul di televisi, sehingga  Bahasa Indonesia yang baik dan benar jarang digunakan.
  "Bahasa Indonesia adalah identitas bangsa, seharusnya perkembangan  zaman dan perubahan teknologi komunikasi tidak bisa menggerusnya,  apalagi hanya demi pergaulan," ucap peneliti di Pusat Bahasa Kementerian  Pendidikan Nasional itu.
  Kendati demikian, lanjut dia, Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan  Nasional tidak melarang adanya bahasa gaul atau bahasa "alay" itu, namun  penempatan bahasa gaul harus disesuaikan dengan tempat dan waktu yang  tepat.
  "Saat acara resmi tidak boleh menggunakan bahasa gaul, meski dalam  acara itu dipenuhi oleh kalangan muda. Penggunaan Bahasa Indonesia tetap  harus diprioritaskan," tuturnya menjelaskan.
  Menurut dia, munculnya bahasa gaul terjadi karena dinamika kehidupan  masyarakat dan kemajuan teknologi komunikasi di era globalisasi.
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar