INDONESIA GLOBAL
Dunia Bingung Hadapi Libya
Seorang mantan tentara Libya mengajarkan cara memakai senapan serbu kepada sekelompok pemuda yang baru bergabung dalam pasukan yang beroposisi terhadap pemimpin Libya, Moammar Khadafy, di pusat latihan militer di Benghazi, Libya, Kamis (3/3). Menghadapi serangan balik dari pasukan pemerintah, pemimpin oposisi minta bantuan serangan udara dari luar negeri untuk menggulingkan Khadafy.
Kairo, Kamis - Komunitas dunia masih bingung menghadapi Libya. Liga Arab menolak keras intervensi militer asing di Libya walau sepakat soal pengenaan zona larangan terbang di Libya untuk mencegah Moammar Khadafy menggunakan pesawat tempur menyerang oposisi.
Namun, untuk mencapai satu keputusan, Liga Arab harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan Uni Afrika, termasuk soal pengenaan larangan zona terbang, sebagaimana dikatakan Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa, seperti dirilis Reuters, Kamis (3/3).
Pemberlakuan zona larangan terbang dianggap lebih bijak dibandingkan dengan intervensi militer. Liga Arab sudah membekukan keanggotaan Libya di bawah rezim Khadafy sebagai protes atas serangan terhadap massa yang tengah berjuang menggulingkan Khadafy.
Moussa mengungkapkan, sikap Liga Arab itu ditegaskan saat Barat sedang berdebat mengenai rencana darurat untuk menghadapi krisis di Libya. Sejumlah tokoh oposisi di Libya telah meminta Barat melakukan serangan udara.
Namun, Khadafy memperingatkan Barat untuk tidak melakukan intervensi militer. ”Jika hal itu terjadi, dunia akan menyaksikan banjir darah,” demikian ancaman Khadafy.
China menolak
Pemerintah China hari Kamis meminta dunia internasional menghormati integritas wilayah Libya. China mengatakan hal itu karena Dewan Keamanan (DK) PBB sudah mulai berpikir soal kemungkinan serangan terhadap Libya dan adanya rencana aksi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
”Kita harus menghormati kedaulatan Libya,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Jiang Yu, di Beijing.
China dan Rusia menjadi penghalang utama serangan internasional dengan mandat DK PBB. Dua negara itu termasuk anggota inti DK PBB.
Pemerintah AS di bawah Presiden Barack Obama ingin mencegah kesalahan pendahulunya, George W Bush, yang menginvasi Irak tanpa mandat penuh dari DK PBB. Di depan Senat AS, Rabu, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton memperingatkan bahwa intervensi AS akan menjadi ”hal yang akan diperdebatkan”.
Kejar kesalahan
Beberapa sekutu AS di NATO juga mengingatkan agar gagasan pengenaan zona larangan terbang di atas angkasa Libya dipertimbangkan secara matang. Bahkan, Jerman memperingatkan agar Barat jangan terlalu dalam mencampuri urusan Arab.
Selain di DK PBB, di NATO juga belum ada kata sepakat. ”Tidak ada kebulatan suara di NATO soal penggunaan kekuatan senjata,” kata Menteri Pertahanan AS Robert Gates.
Meski demikian, Sekretaris Jenderal NATO Anders Rasmussen mengatakan, NATO tetap merencanakan tindakan yang bijaksana dalam menghadapi semua kemungkinan.
Sejauh ini tekanan internasional masih sebatas pembekuan aset-aset Libya di luar negeri. Tekanan lain adalah ancaman untuk mengusut kejahatan masa lalu Khadafy dan keluarga.
Penuntut Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), Luis Moreno-Ocampo, Kamis di Den Haag, mengatakan, ICC akan menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Libya. Ini adalah salah satu cara untuk membuka arah ke penangkapan Khadafy.
Lepas dari berbagai skenario itu, Barat telah mengirimkan sejumlah kapal perang mendekat ke Libya. AS mengerahkan tiga kapal perang.
Kanada hari Kamis juga mengerahkan kapal perangnya, HMCS Charlottetown, dari pelabuhan Halifax, Kanada timur, untuk bergabung dengan armada AS di Laut Tengah. Kapal itu membawa 225 tentara dan helikopter Sea King bertengger di dek kapal.
Kapal perang Perancis pengangkut helikopter, Mistral, juga sudah mengarah ke lepas pantai Libya.
Sementara itu, Presiden Venezuela Hugo Chavez mengaku telah berbicara dengan Khadafy. Dia berbicara tentang sebuah upaya untuk meredakan krisis di Libya. ”Chavez siap tampil sebagai pelerai antarkubu yang bertikai di Libya,” kata Menteri Informasi Venezuela Andres Izarra melalui Twitter, Rabu.
Chavez memiliki hubungan baik dengan Khadafy. Ia sudah mengajak sekutu-sekutunya di dalam dan luar Amerika Latin untuk membahas pembentukan blok pelerai—disebutnya Komite Perdamaian—untuk menengahi konflik Libya. Tidak disebutkan persis apa yang akan dilakukan Chavez. Barat juga bergeming soal niat Chavez itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar