Bukan rahasia jika beberapa wanita sering pura-pura orgasme saat berhubungan seks. Bahkan desahan erotis tidak selalu menandakan klimaks pada wanita, melainkan justru dilakukan hanya untuk lebih memuaskan pasangannya.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan Dr Gayle Brewer dari University of Central Lancashire dan Dr Colin A Hendrie dari University of Leeds(Inggris). Tak kurang dari 71 wanita heteroseksual berusia 18-48 tahun dilibatkan dalam penelitian tersebut.
Dikutip dari MSNBC, Rabu (3/11/2010), kedua peneliti mengungkap 80 persen wanita di Inggris memalsukan orgasme sebanyak 50 persen dari frekuensi berhubungan seks. Bahkan 25 persen di antaranya mengaku melakukannya sebanyak 9 kali dalam setiap 10 kali berhubungan seks.
Sebagian besar memalsukan orgasme dengan cara mengerang, mendesah atau mengeluarkan suara-suara erotis lainnya. Menariknya para wanita cenderung malah lebih tenang ketika benar-benar merasakan kenikmatan, terutama saat foreplay dan mendapatkan layanan seks oral dari pasangannya.
Suara-suara berisik namun seksi itu justru muncul ketika para wanita mulai merasa bosan atau tidak nyaman dengan hubungan seks yang dilakukan. Agar persetubuhan itu segera selesai, desahan-desahan itu ternyata memang ampuh merangsang para pria sehingga lebih cepat mencapai orgasme.
Bagi pria yang menganggap pasangannya telah mencapai orgasme, desahan-desahan palsu semacam itu juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Umumnya pria merasa bangga jika berhasil memuaskan pasangannya, dan cenderung minder atau rendah diri jika terlalu cepat mengalami ejakulasi.
Namun maksud baik para wanita tersebut juga bisa merugikan, terutama jika pasangannya tergolong pria yang sangat bertanggung jawab. Desahan itu justru membuat pria merasa pasangannya sedang sangat menikmati, sehingga tidak segera berhenti meski sebenarnya pihak wanita mulai bosan atau bahkan kesakitan.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan Dr Gayle Brewer dari University of Central Lancashire dan Dr Colin A Hendrie dari University of Leeds(Inggris). Tak kurang dari 71 wanita heteroseksual berusia 18-48 tahun dilibatkan dalam penelitian tersebut.
Dikutip dari MSNBC, Rabu (3/11/2010), kedua peneliti mengungkap 80 persen wanita di Inggris memalsukan orgasme sebanyak 50 persen dari frekuensi berhubungan seks. Bahkan 25 persen di antaranya mengaku melakukannya sebanyak 9 kali dalam setiap 10 kali berhubungan seks.
Sebagian besar memalsukan orgasme dengan cara mengerang, mendesah atau mengeluarkan suara-suara erotis lainnya. Menariknya para wanita cenderung malah lebih tenang ketika benar-benar merasakan kenikmatan, terutama saat foreplay dan mendapatkan layanan seks oral dari pasangannya.
Suara-suara berisik namun seksi itu justru muncul ketika para wanita mulai merasa bosan atau tidak nyaman dengan hubungan seks yang dilakukan. Agar persetubuhan itu segera selesai, desahan-desahan itu ternyata memang ampuh merangsang para pria sehingga lebih cepat mencapai orgasme.
Bagi pria yang menganggap pasangannya telah mencapai orgasme, desahan-desahan palsu semacam itu juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Umumnya pria merasa bangga jika berhasil memuaskan pasangannya, dan cenderung minder atau rendah diri jika terlalu cepat mengalami ejakulasi.
Namun maksud baik para wanita tersebut juga bisa merugikan, terutama jika pasangannya tergolong pria yang sangat bertanggung jawab. Desahan itu justru membuat pria merasa pasangannya sedang sangat menikmati, sehingga tidak segera berhenti meski sebenarnya pihak wanita mulai bosan atau bahkan kesakitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar