Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: MELATIH KREATIFITAS ANAK LENGKAP

Jumat, 04 Februari 2011

MELATIH KREATIFITAS ANAK LENGKAP

INDONESIA GLOBAL



Anak Kreatif Lahir dari Orangtua Positif

Banyak cara membangun kedekatan hubungan dengan anak, seperti membuat kue bersama.

Menjadi orangtua memang tak ada sekolahnya. Belajar dari pakar bisa menjadi cara agar orangtua lebih tepat mengasuh anak. Dimulai dari belajar untuk mengetahui tumbuh kembang anak, dan memahami prinsip positive parenting. Dengan begitu orangtua lebih mampu mendukung stimulasi positif untuk anak dan mengatasi berbagai kendala dalam masa tumbuh kembang anak.

Apa sebenarnya hasil yang bisa dicapai orangtua dengan memahami ilmu parenting? Dukungan yang tepat dari orangtua membantu tumbuh kembang anak lebih optimal dalam ranah fisik-motorik, psikososial/kepribadian, kemampuan bahasa, berpikir, kecerdasan, dan kreativitas.

Play Terapist dan psikolog Lembaga Psikologi Terapan UI, Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSI, mengatakan, anak akan memiliki kemampuan berpikir jernih, kritis, berbicara dengan bahasa terstruktur dan kreatif jika didukung dengan pengasuhan yang tepat dari orangtuanya.

"Kemampuan ini sering dilupakan sistem pendidikan," kata Mayke, saat peluncuran rumah edukasi parenting beberapa waktu lalu.

Bagaimana menjadi orangtua yang positif?
1. Percaya diri dan tumbuhkan kepercayaan kepada anak
Mayke menjelaskan orangtua perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung anak untuk bereksplorasi. Karena dengan mendapatkan kedua hal ini, anak bisa mengawali langkahnya bereksplorasi.

Caranya, orangtua perlu percaya diri sehingga tidak mudah khawatir. Lalu berikan juga kepercayaan dan kesempatan kepada anak untuk mencoba hal baru.

"Orangtua yang takut anaknya sakit lalu membatasi aktivitasnya justru membuat anak tidak berkembang. Orangtua perlu memberikan tempat bermain yang aman dan nyaman agar anak bisa tumbuh optimal dalam lingkungan fisik dan psikososialnya," lanjutnya.

2. Menyisihkan waktu bersama
Hubungan yang sehat dan lekat dengan anak perlu dibangun dan diupayakan oleh orangtua. Bagaimanapun perhatian dan dukungan positif dari Anda memberikan rasa percaya diri kepada anak.

Caranya, cari dan ciptakan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dan berkomunikasi dengan anak. Dengan cara ini anak merasa dicintai. Kepercayaan dirinya tumbuh optimal dengan waktu khusus yang diberikan orangtuanya untuk membangun hubungan.

3. Jadilah teladan
Salah satu tugas orangtua adalah menanamkan nilai positif secara konsisten. Anak akan tumbuh dengan memahami makna tanggungjawab jika orangtua menjalankan tugas penanaman nilai dengan tepat.

Caranya, berikan contoh dan teladan yang baik bagi anak, berikan rambu tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan yang terpenting konsistensi intra dan inter individual.

"Jika orangtua bangun pagi dengan bermalas-malasan, anak akan mencontoh. Maka, jadilah teladan yang baik," kata Mayke.

Sedangkan untuk tetap konsisten, pastikan ayah maupun ibunya tidak dipengaruhi emosi dalam memberikan rambu kepada anak. Jangan membuat anak bingung dengan sikap berbeda dari ayah dan atau ibunya, maupun inkonsistensi keduanya dalam menjalankan pengasuhan. Anak akan menjadi bingung dan was-was, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

4. Memahami anak
Anak akan tumbuh optimal jika mendapatkan pemahaman dan stimulasi yang sesuai dari orangtuanya. Karenanya orangtua perlu mengenali kelebihan dan kekurangan anak.

"Jangan menekan anak untuk diam, misalnya. Anak tiga tahun bisa duduk diam itu sudah luar biasa, tetapi jangan memaksanya," kata Mayke.

Stimulasi berupa pujian juga boleh diberikan, tetapi jangan berlebihan. Ungkapkan rasa bangga saat anak Anda berhasil menghabiskan makanannya atau saat mendapatkan prestasi di sekolahnya. Namun jangan berhenti di situ, anak pun memerlukan dukungan saat ia gagal atau bahkan ragu ketika melakukan sesuatu. Dorongan dan dukungan positif dari orangtua membantu perkembangan anak.

5. Mampu mengatasi stres
Kunci sukses positif parenting adalah juga kemampuan orangtua mengatasi stres. Kemampuan mengatasi stres akan mempengaruhi komunikasi dengan si kecil, menjadi lebih positif.

Caranya, orangtua perlu belajar mengendalikan diri dalam mengatasi emosi. Jika merasa perlu mintalah bantuan ahli atau lakukan saja relaksasi maupun hubungan spiritual.

Ketika menghadapi masalah, sebaiknya orangtua perlu fokus pada solusi dan bukan lari dari kenyataan. Termasuk ketika konflik terjadi pada pasangan, maka sebaiknya bangun komunikasi terbuka antarpasangan. Ciptakan juga komunikasi terbuka dengan orang yang terlibat dalam pengasuhan seperti teman atau orangtua. Selain bisa belajar dari pengalaman orang lain, Anda juga bisa sekaligus menyatukan pemahaman tentang bagaimana pola asuh di rumah agar mereka bisa memahami dan mengikuti saat berada di dekat buah hati Anda.

Terakhir, orangtua juga perlu terus belajar mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Mengembangkan sikap mau belajar dan mau berubah menjadi cara untuk mengeksplorasi diri lebih positif sebagai orangtua.

Tingkatkan Kreativitas Anak

Siapkan ruang khusus untuk anak menuangkan imajinasi dan kreativitasnya.

Memiliki anak kreatif adalah dambaan orangtua. Anak-anak yang kreatif memiliki cara berpikir yang unik, karena itu mereka dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Namun, kreativitas bukan berarti seorang anak berhasil mencapai solusi saja, tapi sekaligus proses dan cara berpikir yang dimilikinya. Kabar baik bagi para orangtua adalah kreativitas anak dapat dibentuk sejak dini. Beberapa cara sederhana berikut dapat menjadi masukan bagi Anda yang ingin meningkatkan kreativitas anak.

Pertama, percaya pada kemampuan anak. Tunjukkan bahwa Anda percaya pada kemampuan mereka, maka hal itu akan menjadi fondasi yang kuat dalam pembentukan kreativitas. Sebagai contoh, jika anak mewarnai rumput dengan warna biru, daripada menunjukkan ketidaksetujuan, lebih baik Anda bertanya dan memberi komentar positif. Hal ini akan merangsang anak untuk terus berpikir kreatif.

Kedua, beri dukungan pada anak. Orangtua hendaknya mendukung keinginan anak untuk berkreasi selama hal itu baik. Beri kebebasan untuk menentukan apa yang ingin dilakukannya dan doronglah anak untuk mencapai yang ingin diraihnya tanpa memaksanya. Misalnya, anak Anda hobi melukis dan ingin ikut lomba lukis di sekolahnya, dukunglah, bahkan bila dia tak bisa melukis dengan baik. Walaupun tidak dapat memenangkan lomba, tetapi anak akan terus berusaha untuk lebih kreatif karena menegtahui bahwa Anda mendukungnya.

Ketiga, sediakan fasilitas yang dapat mengasah kreativitas. Fasilitas yang dimaksud anatar lain adalah benda-benda yang dapat mengembangkan jiwa seni anak, seperti kertas gambar, pensil warna, krayon, gunting, lem, dan kertas lipat. Akan lebih baik jika disediakan suatu ruang khusus yang menyediakan fasilitas tersebut agar anak bebas mewujudkan ide-idenya tanpa takut dimarahi bila mengotori dirinya sendiri. Dengan demikian, Anda pun tidak perlu khawatir seluruh bagian rumah berantakan.

Keempat, ajaklah anak untuk merasakan pengalaman baru. Luangkan waktu khusus untuk mengajak anak ke tempat yang belum pernah dikunjunginya, seperti museum, kebun binatang, dan taman rekreasi. Tidak harus menunggu liburan akhir tahun untuk berekreasi, akhir pekan juga merupakan saat yang baik untuk mendapatkan pengalaman baru. Hal-hal baru akan merangsang imajinasi sehingga anak pun akan semakin kreatif. Nah, mudah bukan? Anak menjadi kreatif, Anda pun senang.

Anak Kreatif Akan Lebih Sukses

Kenali gaya belajar anak untuk membantunya lebih kreatif memanfaatkan keadaan yang ada dan tidak kaku.

Umumnya, orangtua ingin anaknya cerdas, terlebih di bidang mata pelajaran sekolah. Namun perlu disadari, kecerdasan saja tidak cukup untuk membuat anak sukses. Anak juga harus kreatif, sebab dengan kreatif, ia bisa mengatasi masalah dalam kehidupan.

Collin Rose, seorang pemerhati anak, mengatakan kesuksesan bisa ditentukan dengan 20 persen kecerdasan dan 80 persen kreativitas. Berarti, penting bagi kita menstimulasi daya kreativitas anak supaya kelak ia bisa sukses.

Menurut dra Rosemini A Prianto, M.Psi., dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu, setiap anak punya daya kreativitas dan kita sebagai orangtua wajib mengasahnya. Ia pun memberikan beberapa kiat kepada peserta seminar yang bertajuk, "Berbagi Kita Meningkatkan dan Mengasah Kreativitas Anak Sebagai Wujud Kasih Sayang."

Pertama, saat balita ajak anak belajar sambil bermain. Ketika menginjak usia sekolah, ikuti gaya belajar yang membuatnya nyaman. Mungkin saja, ia tak bisa maksimal belajar lantaran harus duduk manis dan memilih belajar sambil berpindah-pindah tempat. Sama halnya bila ia suka belajar sambil mendengarkan musik, mendendangkan lagu, atau lainnya.

Kedua, manfaatkan sarana yang ada di rumah untuk belajar. Seperti menghitung jumlah gelas yang ada di rak, warna-warna yang ada di ruang tamu, bentuk-bentuk geometri yang ada di ruang makan, dan lainnya. Kita juga bisa menggunakan alat-alat yang tak terpakai seperti bekas gelas air mineral maupun fasilitas, seperti komputer, internet, sebagai sarana anak belajar.

Ketiga, berkomunikasilah intens dengan anak. Ajak ia berdiskusi mengenai berbagai masalah dalam keseharian. Jika ada masalah, ajari anak untuk mencari solusi, lalu berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi masalahnya sendiri. Cara ini akan menstimulasi daya kreativitas anak untuk mengatasi masalah.

Keempat, hindari kata "jangan" ketika melarang anak melakukan sesuatu yang membahayakan atau yang tidak perlu. Sebab kata ini akan "memasung" daya kreativitas anak. Ganti dengan kata "sebaiknya" sambil menjelaskan mengapa ia perlu mempertimbangkan untuk melakukan hal yang "sebaiknya" itu.

Kelima, kita perlu membiasakan anak untuk anak untuk menemukan alternatif jawabannya. Misal, kita bertanya mengapa anak harus sekolah? Jawaban yang biasa mungkin supaya ia pintar. Tetapi alternatif jawaban lain bisa beragam, misal, supaya ia bisa belajar banyak hal positif, supaya kelak ia bisa menjadi dokter, supaya ia bisa bermain dengan teman-temannya, dan lainnya.

Keenam, jika anak sudah menunjukkan kreativitasnya, kita perlu memberinya penghargaan. Tak perlu mahal, tetapi bisa membuat anak merasa dihargai, seperti pelukan, pujian, belaian, dan lainnya.

Orangtua adalah Kunci Membuat Anak Kreatif

Siapkan waktu untuk bisa bermain dan berkreasi dengan anak.

Betapa berbedanya permainan anak zaman sekarang dengan permainan anak zaman dulu. Jika dulu alam masih merupakan sumber daya yang sangat luas, sekarang sudah tidak lagi. Anak-anak zaman dulu bisa bersenang-senang hanya dengan “berbekal” potongan kayu dan kulit jeruk Bali. Zaman sekarang? Bisa jadi anak-anak bingung jika disodorkan permainan seperti itu. Namun, jangan buru-buru menyalahkan siapa pun, karena menurut penelitian, kekurangan gairah untuk berkreasi pada anak justru disebabkan oleh para orangtua.

Kebanyakan anak membawa sikap dan sifat yang mereka pelajari dari lingkungan, secara spesifik, orangtuanya. Sayangnya, menurut literatur yang disebutkan oleh situs MSN, sebanyak 61 persen orangtua bergantung pada sekolah, televisi, dan permainan komputer untuk perkembangan kreatif anak-anaknya. Padahal, menurut presenter acara seni anak SMart, dari stasiun CBBC, Kirsten O’Brien, “Peran orangtua sangat penting untuk mendukung proses berpikir kreatif dan imajinatif anak-anaknya. Kita perlu membantu para orangtua untuk bisa bermain dan menginspirasi energi kreatif anak. Anak-anak pun akan selalu mengingat pengalaman berbagi mainan dengan orangtuanya itu.”

Paul Geraghty, pengarang cerita anak The Hunter and Dinosaur in Danger mengatakan, "Kreativitas adalah bagian penting dalam perkembangan setiap anak. Sama seperti matematika dan bahasa, kreativitas perlu latihan dan dukungan. Kreativitas membawa kepuasan seumur hidup jika didorong sejak dini dan dilatih sepanjang masa kanak-kanak.”

Sayangnya, dalam penelitian yang sama ditemukan pula alasan para orangtua mengapa mereka tidak meluangkan waktu untuk berkreasi dengan anak-anaknya. Alasan yang dilontarkan antara lain adalah karena para orangtua tidak punya kemampuan kreatif atau karena tak punya waktu luang.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa membaca buku bersama adalah kegiatan orangtua-anak yang paling digemari. Artinya, sebenarnya tidak sulit membuat anak merasa senang dan nyaman. Selain itu, Anda juga bisa mencoba untuk menyelesaikan puzzle bersama, membuat kreasi seni, atau membuat hastakarya dari situs-situs arts and crafts untuk anak-anak yang bisa ditemukan dengan mudah di internet.


Orangtua adalah Kunci Membuat Anak Kreatif

Siapkan waktu untuk bisa bermain dan berkreasi dengan anak.

Betapa berbedanya permainan anak zaman sekarang dengan permainan anak zaman dulu. Jika dulu alam masih merupakan sumber daya yang sangat luas, sekarang sudah tidak lagi. Anak-anak zaman dulu bisa bersenang-senang hanya dengan “berbekal” potongan kayu dan kulit jeruk Bali. Zaman sekarang? Bisa jadi anak-anak bingung jika disodorkan permainan seperti itu. Namun, jangan buru-buru menyalahkan siapa pun, karena menurut penelitian, kekurangan gairah untuk berkreasi pada anak justru disebabkan oleh para orangtua.

Kebanyakan anak membawa sikap dan sifat yang mereka pelajari dari lingkungan, secara spesifik, orangtuanya. Sayangnya, menurut literatur yang disebutkan oleh situs MSN, sebanyak 61 persen orangtua bergantung pada sekolah, televisi, dan permainan komputer untuk perkembangan kreatif anak-anaknya. Padahal, menurut presenter acara seni anak SMart, dari stasiun CBBC, Kirsten O’Brien, “Peran orangtua sangat penting untuk mendukung proses berpikir kreatif dan imajinatif anak-anaknya. Kita perlu membantu para orangtua untuk bisa bermain dan menginspirasi energi kreatif anak. Anak-anak pun akan selalu mengingat pengalaman berbagi mainan dengan orangtuanya itu.”

Paul Geraghty, pengarang cerita anak The Hunter and Dinosaur in Danger mengatakan, "Kreativitas adalah bagian penting dalam perkembangan setiap anak. Sama seperti matematika dan bahasa, kreativitas perlu latihan dan dukungan. Kreativitas membawa kepuasan seumur hidup jika didorong sejak dini dan dilatih sepanjang masa kanak-kanak.”

Sayangnya, dalam penelitian yang sama ditemukan pula alasan para orangtua mengapa mereka tidak meluangkan waktu untuk berkreasi dengan anak-anaknya. Alasan yang dilontarkan antara lain adalah karena para orangtua tidak punya kemampuan kreatif atau karena tak punya waktu luang.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa membaca buku bersama adalah kegiatan orangtua-anak yang paling digemari. Artinya, sebenarnya tidak sulit membuat anak merasa senang dan nyaman. Selain itu, Anda juga bisa mencoba untuk menyelesaikan puzzle bersama, membuat kreasi seni, atau membuat hastakarya dari situs-situs arts and crafts untuk anak-anak yang bisa ditemukan dengan mudah di internet.


Latih Anak agar Kreatif


Semua orang tahu, kreativitas adalah modal untuk bertahan dan sukses dalam kehidupan. Berikut poin inspirasi untuk membentuk anak kreatif:

1. Pilih pola asuh yang pas. Tidak perlu mengontrol dan meminimalkan larangan. Dengan begitu, anak menemukan kebebasan dalam berkreasi.

2. Jangan melakukan kritikan yang mematikan. Kalau mau, berikan koreksi yang membangun. "Wuih hebat, pesawatnya bagus. Cuma, kalau mau terbangnya lebih tinggi coba bikin sayapnya agak besar."

3. Berikan rasa aman dan percaya diri. Dengan ini anak akan menjadi seorang yang berani, tidak ragu, berani mengambil keputusan, berani mengambil risiko, dan bertanggung jawab.

4. Hargai karya anak. Seperti apa bentuknya? Cukup dengan perkataan positif, memberikan pujian yang tulus, atau sesekali boleh memberikan hadiah.

5. Berikan tantangan. Dengan cara ini, anak akan "memeras" otak untuk mendapatkan jalan keluar. Otaknya pun akan terus dirangsang untuk berpikir kreatif, menyukai tantangan, dan menguasai keterampilan tertentu.

6. Tidak memanjakan anak. Memberikan rasa kasih sayang memang perlu, tapi tidak harus memanjakannya. Selain membuat anak malas, kreativitasnya juga bisa mandek.

7. Jalin komunikasi yang baik. Ini adalah kunci kesuksesan membentuk anak kreatif. Jika komunikasi kita nyambung dan dimengerti anak, apa yang kita mau atau upayakan akan tecermin dalam usaha anak.

8. Sering-sering memberikan pilihan pada anak. Dengan ini anak akan terbiasa dan terkondisi untuk bisa menilai sesuatu, selektif, hati-hati, dan membuat pertimbangan. Beberapa tindakan berikut bisa dicoba:
- Beri anak kebebasan memilih saat kita membelikan sesuatu.
- Hindari "salah" atau "jangan" dalam setiap perkataan. Lebih baik katakan, "sebaiknya", "kurang benar", dan kata sejenis yang menunjukkan adanya alternatif lain.
- Hargai setiap pendapat anak.

9. Jangan menyepelekan anak. Mungkin karena menganggapnya masih terlalu kecil, anak tidak dianggap keberadaannya. Jadi, libatkan anak dalam diskusi, sharing, atau mengajaknya melakukan aktivitas bersama. Dengan cara itu akan ada banyak masukan yang anak terima, dia juga akan mempunyai banyak bahan yang bisa membuatnya kreatif.

Kreatif Saja Tidak Cukup

Kreativitas saja tak cukup, Anda juga membutuhkan keyakinan diri yang tinggi untuk mewujudkan ide kreatif.

Kreativitas menjadi modal untuk melahirkan inovasi. Namun, kreatif saja tak cukup untuk mendorong Anda meraih pencapaian diri. Kreatif tanpa aksi hanya akan berakhir pada kegagalan. Kreatif yang dibarengi tindakan akan menghasilkan kekuatan yang menjadi modal untuk menciptakan kesuksesan dalam karier atau pekerjaan Anda saat ini.

Coach Tom MC Ifle mengatakan, menciptakan inovasi ternyata bukan sekadar kreatif. Ada faktor lain yang mendasari, antara lain rasa percaya diri, tujuan yang jelas, serta semangat dan hasrat menggelora. Semua berasal dari aktivitas otak kanan, otak emosi Anda.

"Tidak sedikit ide kreatif yang kandas di tengah jalan karena tidak cukup persisten dan yakin akan kesuksesan," papar Tom dalam bukunya, Profit is King.

Menurut Tom, Anda yang dominan berpikir dengan otak kiri akan berpikir dengan hitung-hitungan. Banyak orang yang menyerah saat situasi tidak menentu, tidak ada kepastian atau mengalami kesulitan yang besar. Orang yang muncul dengan menciptakan aktivitas yang agresif justru akan berhasil melewati berbagai kondisi dan berujung pada keberhasilan di kemudian hari.

"Kreativitas adalah sesuatu yang mahal bukan karena kita tidak kreatif, tapi karena banyak ide yang muncul tapi tidak dijalankan," ujar Tom.

Bukan sekadar aktivasi otak kanan
Tom menjelaskan, otak bawah sadar manusia memiliki kapasitas sebesar 88 persen, sisanya otak sadar 12 persen. Otak kiri berfungsi untuk menganalisis hal yang logis, matematis, memori jangka pendek, hafalan. Sementara otak kanan berfungsi menggali kreativitas, warna, bahasa, memori jangka panjang, perasaan, emosi, seni, gambar, dan lainnya.

"Gunakan color pen untuk mengaktivasi otak kiri dan kanan sekaligus," saran Tom.

Namun, persoalannya bukan pada aktivasi otak kanan atau kiri saja. Bukan sekadar bicara pintar berhitung atau memiliki ide kreatif yang tak ada habisnya. Sekreatif apa pun Anda, sehebat apa pun Anda dalam urusan matematika dan cara berpikir logis, tanpa kepercayaan diri dan keyakinan, semuanya akan berbuah kegagalan. Hasil aktivasi otak kanan Anda berupa ide kreatif hanya akan berbuah pencapaian pribadi yang positif dan sukses dengan dorongan keyakinan diri yang tinggi. Kreatif saja tak cukup untuk membawa kesuksesan semakin mendekati Anda.


Kontrol Diri Anak Ciptakan Suksesnya Saat Dewasa

Anak yang bisa sabar untuk belajar menyelesaikan mainan yang cukup rumit memiliki kontrol diri yang baik.

Sebuah hasil penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa anak-anak yang mampu membawa diri dengan baik memiliki kemungkinan untuk tumbuh menjadi seseorang yang sehat, memiliki keuangan yang baik, dan bebas masalah ketimbang anak-anak yang tidak punya disiplin diri.

Studi yang melibatkan sekitar 1000 masyarakat New Zealand selama 32 tahun ini melihat bahwa tipe anak-anak berkelakuan baik sudah bisa terlihat sejak ia berusia 3 tahun.

Roy Baumeister, PhD, profesor psikologi di Florida State University yang tidak terlibat dalam studi ini mengatakan, studi mengenai kontrol diri anak ini adalah bukti yang penting, kuat, dan dramatis dan menunjukkan pentingnya kontrol diri itu bagi seseorang.

Seorang anak berusia 3 tahun yang memiliki kontrol diri yang baik jika ia bisa berfokus pada puzzle atau game yang sulit dan tetap berusaha menyelesaikannya. Atau saat ia ingin bermain puzzle tetapi sedang digunakan oleh temannya, ia akan menunggu hingga gilirannya. Anak yang kontrol dirinya buruk, mungkin akan menolak bermain dengan apa pun yang membutuhkan upaya keras dari dirinya, meninggalkan puzzle jika mulai terlalu rumit, dan kehilangan kesabaran kala tidak bisa diselesaikan, atau bahkan menangis.

Di usia itu, memang anak akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikan games atau puzzle yang terlalu rumit karena mereka memang masih mengembangkannya.

Para peneliti menyarankan agar para orangtua memerhatikan komen-komen dari para guru mengenai anaknya. Apakah si anak di kelasnya terkenal sebagai anak yang ribut, mengganggu teman-temannya, sulit fokus, bahkan sulit mengikuti hal simpel yang disuruh gurunya.

Orangtua juga sebaiknya waspada jika si anak memulai beragam tugas secara bersamaan dan tak bisa menyelesaikan satu pun, atau mereka tak bisa berfokus mengerjakan tugas dari sekolah.

Tetapi, hati-hati juga dengan cara Anda membimbing, karena orangtua yang terlalu mengkontrol hidup dan disiplin anak juga bisa merusak kontrol diri anak. Orangtua harus bisa seimbang dengan menjadi orang yang sensitif tetapi memiliki batasan yang jelas, serta konsisten.

Dari studi itu juga ditemukan bahwa orangtua yang mendorong anaknya untuk mengerjakan tugas-tugas problem-solving (pemecahan masalah) akan mendidik anaknya memiliki kontrol diri yang baik. Hal-hal semacam ini bisa ditempa dan dibentuk pada diri anak. Mudah-mudahan, hal ini bisa membuat anak menjadi orang yang sukses.

Tidak ada komentar: