Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: BUNTUT KASUS AHMADIYAH KAPOLDA BANTEN DI COPOT

Jumat, 11 Februari 2011

BUNTUT KASUS AHMADIYAH KAPOLDA BANTEN DI COPOT

INDONESIA GLOBAL


PascaBentrok Ahmadiyah
Copot Kapolda Banten, Kapolri Dipuji

Jumat, 11 Februari 2011 | 17:40 WIB
Courtesy Youtube Aksi kejam warga yang membantai jemaah Ahmadiyah di Desa Cikeusik, Serang, Banten, Minggu (6/2/2011). Cuplikan video ini menyebar luas di jaringan Youtube sejak Senin siang.

Langkah Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo mencopot Kepala Polda Banten Brigjen Pol Agus Kusnadi, Direktur Intelkam Polda Banten Kombes Adityawarman, dan Kepala Polres Pandeglang AKBP Fauzy Rasyad mendapat diapresiasi.

Pencopotan dilakukan menyusul terjadinya insiden penganiayaan tiga jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, Minggu (9/2/2011). Langkah ini diharapkan memberikan efek pembelajaran bagi kepala polda dan kepala polres lainnya untuk lebih memerhatikan wilayahnya.

"Ini suatu langkah yang tepat dan cepat. Indonesia Police Watch memberikan apresiasi atas langkah Kapolri," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane kepada Kompas.com, Jumat (12/2/2011).

Dikatakan Neta, polisi memang harus bertanggung jawab atas insiden memakan korban jiwa tersebut.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bahrul Alam menerangkan, pencopotan Kepala Polda Banten Brigjen Pol Agus Kusnadi dilakukan berdasarkan surat telegram 75 tentang mutasi jabatan di tubuh Polri. "Brigjen Agus Kusnadi dimutasi menjadi staf ahli Kapolri," kata Anton kepada wartawan di Mabes Polri.

Sebelumnya, Neta dan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan, insiden Cikeusik-Temanggung merupakan bukti gagalnya intelijen kepolisian di daerah. Insiden itu tak lepas dari ketidakprofesionalan dan ketidakmampuan pimpinan polisi di wilayah tersebut.

"Intelijen polisi tidak bekerja maksimal sehingga informasi yang mereka peroleh tidak diolah. Mereka gagal menggunakan informasi yang diperoleh sebagai alat deteksi dan antisipasi dini adanya potensi konflik di daerah," kata Neta.

"Seharusnya data intelijen yang berhasil dikumpulkan diolah pimpinan di kesatuan untuk merumuskan langkah antisipasi bahaya yang dihadapi. Data juga dapat digunakan untuk menentukan cara bertindak, jumlah kekuatan, dan alat-alat yang digunakan untuk menanggulangi potensi konflik," papar Bambang.

Tidak ada komentar: