Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: CHINA DALAM JIWA ENTREPRENEURSHIP JADI NO 1 DUNIA

Kamis, 03 Februari 2011

CHINA DALAM JIWA ENTREPRENEURSHIP JADI NO 1 DUNIA

KOTA BEIJING

INDONESIA GLOBAL

Tahun lalu, ketika warga Spanyol tumpah ruah ke jalan-jalan di Madrid, merayakan kemenangan kesebelasan mereka sebagai juara dunia sepakbola, puluhan orang keturunan China tampak di pojok-pojok jalan yang strategis. Mereka menangguk keuntungan malam itu dengan menjual minuman dan makanan bagi orang-orang Spanyol yang tengah mabuk kemenangan.
Semangat entrepreneurship mereka rupanya mudah tersulut. Mereka jeli melihat peluang usaha. Di manapun berada, kaum migran China selalu memelihara semangat kewirausahaan. Semangat inilah yang dianggap oleh banyak pengamat berkontribusi signifikan bagi kemajuan ekonomi negeri Tirai Bambu itu.
Pertumbuhan ekonomi China yang melesat menjadikan negeri ini menarik perhatian para peserta World Economic Forum yang tengah berlangsung di Davos, Swiss, walaupun sebagian ekonom dan pelaku bisnis mengkhawatirkan terjadinya overheating. Seiring dengan berlangsungnya Forum, harian Financial Times, misalnya, menurunkan tulisan berseri dengan judul yang menggambarkan besarnya pengaruh China: “China shapes the world.”
Bagaimana semangat entrepenurship itu tumbuh dan berpengaruh besar? Buku yang ditulis oleh Tarun Khanna, Billions of Entrepreneurs, menguraikan dengan sangat bagus hal itu. Khanna juga membandingkan antara jalan yang ditempuh China dan jalan yang dilewati India. Bukankah dua raksasa ini yang sekarang dianggap tengah menggeliat dan mempengaruhi masa depan dunia?
Di antara negara-negara yang kerap disebut BRIC countries (Brazil, Rusia, India, China), dua yang terakhir sangat menarik perhatian karena jumlah penduduknya yang luar biasa banyak. China diperkirakan memiliki penduduk 1,3 miliar jiwa, sedangkan populasi India sekitar 1,2 miliar jiwa. Angka ini niscaya terus bertambah. Banyak yang memperkirakan dalam satu generasi mendatang, China akan menempati posisi perekonomian terbesar di dunia dan India di urutan ketiga, dalam konteks paritas daya beli.
Perubahan ekonomi di kedua negara selama beberapa dasawarsa terakhir memang positif atau, dalam istilah Khanna, mengalir tanpa henti. Kendati begitu, dalam pengamatannya, tonggak besi yang menopang perubahan tersebut jauh berbeda. China bercirikan model pembangunan dengan pendekatan dari atas ke bawah. Partai Komunis yang serbatahu menjalankan sistem pemerintahan terpusat dan membungkam hampir semua bentuk pembangkangan. Homogenitasnya dipaksakan.
Sebaliknya, India memperlihatkan heterogenitas dan pluralitas yang lebih besar, seolah menunjukkan pada dunia luar adanya kekacauan, tapi juga memungkinkan tumbuhnya benih-benih yang produktif. Khanna menggambarkan India sebagai sebuah pasar yang tidak efisien, yang merupakan hasil dari kompetisi kompleks dalam pemberian jasa, persaingan tenaga kerja, politik dagang sapi, dan persaingan tak sehat media.
Tujuan Khanna menulis buku yang menarik ini, dalam isi maupun cara penulisannya, ialah untuk menjelaskan kekeruhan yang muncul dewasa ini mengenai apa yang sedang terjadi di China dan India. Khanna membahas perihal Hangzhou dan Hyderabad, Qingdao dan Bangalore, Dalian dan Chennai untuk menunjukkan perbedaan dasar yang mencolok antara China dan India.
Perbedaan langkah yang diambil kedua negara telah menimbulkan implikasi yang besar. Bahkan, dalam penglihatan Khanna, China dan India secara bersama-sama dapat berpengaruh kuat terhadap satu sama lain dan terhadap dunia daripada bila mereka melakukannya secara terpisah. Hal yang baik di China, tidak baik di India, dan sebaliknya. Namun saling melengkapi. Kedua negara saling memantulkan cerminan diri yang terbalik, bagai yin dan yang.
Sikap saling melengkapi ini menciptakan landasan bagi kerja sama ekonomi yang sudah dimulai, seperti pengusaha lokal yang saling membuka usaha di negara tetangganya. Hubungan perdagangan yang sangat baik antara China dan India di masa lalu tampaknya ingin diulang kembali oleh China dan India di masa mendatang.
Khanna melihat vitalnya peran entrepreneur dalam menggerakkan kekuatan ekonomi kedua negara. Studinya mengenai dua perusahaan terkemuka, satu di China dan satu di India, memperlihatkan bagaimana posisi negara terhadap perusahaan. Di China, kewirausahaan berada dalam bayang-bayang negara, sedangkan di India pengusaha berkembang pesat karena adanya celah yang tak tersentuh oleh pemerintahan yang sosialis.
Kendati begitu, pengusaha di kedua negara ini mampu membawa perubahan melalui model bisnis baru mereka dan menghadirkan harapan bagi banyak orang. Para entrepreneur di kedua negara telah memperlihatkan bagaimana peran mereka ikut menentukan seperti apa masa depan dunia ini.
Bagaimana dengan kita? **

Tidak ada komentar: