Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: PENCULIKAN DUA SISWI SMP HANYA REKAYASA

Kamis, 21 Oktober 2010

PENCULIKAN DUA SISWI SMP HANYA REKAYASA

JAMBI GLOBAL BY:TONI SAMRIANTO

JAMBI - Laporan penculikan dua siswi SMP Purnama, Kota Jambi, Kusnarini Arnela alias Rini (14) dan Tian Mustika (14), Senin (18/10) lalu, ternyata hanya rekayasa belaka. Pelakunya adalah Desri Aryani Dewi (14), atas persetujuan dua temannya yang dilaporkan diculik tersebut.
Rekayasa penculikan cukup dramatis yang dilaporkan Desri itu sempat membuat aparat kepolisian kalang kabut. Setelah melakukan penelusuran, akhirnya polisi memastikan, cerita penculikan yang dilaporkan Desri, Senin lalu hanya rekayasa Desri, atas persetujuan Rini dan Tian.

Rekayasa penculikan ini terungkap, karena polisi tidak menemukan sedikitpun barang bukti yang mengarah kepada penculikan. Selain itu, Desri sendiri sudah mengakuinya ketika diperiksa di Polsek Kota Baru. “Iya, dia akhirnya cerita kalau sesunguhnya laporan penculikan itu hanya rekayasa saja,” kata Kapolsek Kota Baru AKP Ranefli Dian Candra kepada sejumlah wartawan, kemarin (19/10).

Kapolresta Jambi Kombes Pol Syamsuddin Lubis, saat gelar konferensi pers di ruang Humas Polda Jambi kepada sejumlah wartawan, kemarin (19/10), mengatakan, kronologis penculikan yang diceritkan Desri memang tersruktur. Namun, setelah ditelusuri ternyata hanya cerita fiktif belaka.

“Katanya kedua korban dibawa pakai mobil Jeep (bukan Daihatsu Taft, seperti ditulis kemarin) warna hitam. Ternyata itu tidak ada,” sebut Lubis didampingi Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah.

Seperti diberitakan, menurut Kapolresta, cerita gadis itu, kedua temannya diculik oleh sejumlah pria tak dikenal saat mereka sedang duduk-duduk di sekitar toko foto kopi di depan sekolahnya. Pelakunya menggunakan Mobil Daihatsu Taft warna hitam, yang dia lupa nomor pelatnya. Pasca kejadian, lalu Desri melapor ke Polsek Kota Baru didampingi orang tua Kusnarini Arnela alias Rini sekitar pukul 12.00. Polisi yang menerima laporan langsung turun ke lapangan dan melakukan penyelidikan.

“Hasil pengembangan kita, pada malam harinya kita langsung melakukan pengejaran. Kala itu, sekitar pukul 21.00, tiba-tiba handphone Rini bisa dihubungi orang tuanya, yang saat itu sedang berada di Polsek Kotabaru,” papar perwira dengan tiga melati di pundaknya itu.

Dari komunikasi yang dilakukan dengan Rini, diperoleh informasi bahwa mereka sedang berada di suatu tempat, yang mereka sendiri tidak tahu dimana. “Setelah diajak komunikasi lebih jauh, Rini mengaku sedang berada di sebuah Poliklinik Mesuji, Desa Dabur Rajo, Kabupaten OKI, Sumsel. Saat itu Rini mengatakan dalam keadaan aman beserta rekannya Tian Mustika. Namun dalam obrolannya terdengar suara ketakutan,” ungkap Kapolresta.

Setelah mendengar keterangan dari Rini via telepon genggam tersebut, anggota langsung mengadakan kontak dan berkoordinasi dengan Polsek Mesuji. Selanjutnya, Polsek Mesuji bergerak ke TKP.

“Ternyata benar. Di poliklinik tersebut ada dua orang remaja yang bernama Rini dan Tian Mustika. Saat ditemukan keduanya dalam keadaan sehat walafiat,” urainya.

Lalu, malam itu juga mereka diamankan di Mapolsek Mesuji. Selain mereka, Polsek Mesuji juga mengamankan supir dan kernet bus Jatra, yang mereka tumpangi, untuk dimintai keterangan.

Dari keterangan supir Jatra, diketahui ternyata Rini dan Tian memiliki tiket dengan tujuan Jambi-Bandung. Pengakuan sopir tersebut membuat sejumlah anggota Polsek Mesuji merasa heran. Pasalnya, dari laporan yang mereka terima, keduanya telah diculik dan dibawa oleh sejumlah pria memakai mobil JIP.

Lantaran kurang yakin dengan keterangan sopir bus, lalu pihak Polsek Mesuji meminta keterangan Rini dan Tian. Dari penuturan keduanya, mereka mengaku tidak diculik. Tapi, mereka memang mau ke Bandung menemui temannya.

Dijelaskan Rini dan Tian, saat itu, Bus Jatra yang mereka tumpangi sedang berhenti makan di Rumah Makan Tiga Saudara Tiga di Mesuji OKI. Lantaran Tian Mustika mabuk darat—muntah-muntah--, lalu dengan inisiatif sendiri pergilah mereka berobat ke poliklinik yang letaknya persis di samping rumah makan tersebut.

Saat mereka berobat di poliklinik itulah, Polsek Mesuji menemukan mereka dan langsung diamankan. Dari cerita Rini dan Tian Mustikan terkuak fakta jika penculikan yang mereka alami adalah rekayasa saja.

Meski demikian, untuk memperkuat adanya rekayasa penculikan itu, pihak Polresta Jambi langsung memintai keterangan terhadap pihak bus Jatra Jambi.

Saat dikonfirmasi, pihak Jatra membenarkan ada tiga orang anak SMP datang ke loket Jatra dan membeli tiket jurusan Jambi-Bandung. Mulanya, pihak Jatra sempat curiga jangan-jangan tiga gadis belia ini hendak kabur dari rumah.

“Kami mau ke Bandung. Nak nemui orang tuo kami,”ujar ketiga gadis itu kepada pihak Jatra seperti diutarakan Kapolresta Jambi.

Lantaran percaya dengan ucapan ketiga gadis itu, lalu pihak Jatra memberikan mereka tiket. “Saat itu mereka hanya membeli dua tiket. Mereka sempat nawar bisa nggak dua tiket untuk tiga orang. Namun, pihak Jatra mengatakan tidak bisa. Sehingga, satu orang atas nama Desri tidak jadi berangkat,” jelas Kapolresta seraya mengatakan untuk mengelabui orang tua mereka, lalu Desri merekayasa adanya penculikan.

Dari hasil penyelidikan, pihak kepolisian memastikan bahwa penculikan yang dilaporkan oleh Desri semuanya adalah rekayasa saja alias palsu. “Faktanya, hampir seluruh bagian penculikan dimaksud diskenario sendiri oleh mereka bertiga. Saya tegaskan, kasus penculikan ini hanya rekayasa saja,” tegas Lubis.

Lalu, apa yang melatarbelakangi ketiga gadis belia ini melakukan rekayasa penculikan, sehingga sempat membuat geger warga Jambi dan menghebohkan aparat kepolisian? “Karena takut tidak diizinin ke Bandung oleh orang tua mereka. Hanya itu,” kata mantan Kabid Humas Polda Jambi itu.

Dia menegaskan, ketiganya akan dijerat pasal 242 KUHPidana subs Pasal 266 KUHPidana, karena membuat laporan palsu dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. “Perbuatan yang mereka lakukan membuat resah semua pihak. Karena masih tergolong anak di bawah umur dan masih sekolah, maka mereka kami pulangkan ke orang tuanya masing-masing. Namun demikian, tidak berarti kasus ini di-stop. Proses hukumnya tetap berlanjut,” katanya.

Terpisah, Kepala Sekolah SMP Purnama Junaidi Bachtiar, saat dikonfirmasi menuturkan bahwa tiga siswinya itu tidak masuk sekolah sejak Senin (18/10) lalu. Dia juga mengaku yakin ketiganya bukan diculik.

“Saya ada menerima laporan dari salah seorang guru yang kala itu mendengar mereka bertiga sedang membuat rencana hendak pergi,” jelasnya.(

Tidak ada komentar: