Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: LINGKARAN ISTANA CUKONG KAYU ILEGAL

Kamis, 21 Oktober 2010

LINGKARAN ISTANA CUKONG KAYU ILEGAL

JAMBI GLOBAL BY:TONI SAMRIANTO



  • TAMU itu datang menjelang petang, beberapa hari sebelum bulan puasa lalu. Inspektur Jenderal Mathius Salempang menerimanya di rumah dinas Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Jalan Sudirman, Balikpapan. "Ia mengenalkan diri sebagai Basuki," kata orang dekat Mathius kepada Tempo.

    Mathius biasa menerima tamu di rumah dinasnya. Tapi tamu sore itu sungguh istimewa. Sang tamu mengaku membawa pesan dari lingkaran dekat Istana: dialah Wijiasih Cahyasasi alias Wiwiek, kakak ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kepada Mathius, menurut sumber itu, Basuki meminta "bantuan" agar kasus dugaan pembalakan liar yang menjerat petinggi PT Sumalindo Lestari Jaya "diselesaikan".

    Sekitar tiga bulan sebelumnya, Kepolisian Sektor Sebulu, Kutai Kartanegara, menangkap empat pemasok kayu buat Sumalindo. Mereka dituduh mengalirkan kayu ilegal sekitar 3.000 batang di Sungai Mahakam ke penampungan perusahaan itu. Karena pengiriman kayu didasarkan atas perjanjian yang diteken Presiden Direktur Amir Sunarko dan wakilnya, David, dua orang itu pun terseret. Pada Juni lalu, polisi menahan mereka (lihat "Terantuk Meranti di Bawah Air").

    Kepada orang-orang dekatnya, Mathius menceritakan, sore itu ia segera berdiri dan mengajak tamunya bersalaman-mengusir secara halus. Ia mengatakan, "Terima kasih, saya akan membicarakannya dengan Kepala Polri." Tamunya menyorongkan kartu nama dan segera berpamitan.

    Dua pekan lebih melacak identitas Basuki, Tempo menemukan titik terang, pekan lalu. Ia bukan "pembawa pesan" sembarangan. Pernah menjadi Wakil Presiden A1 Grand Prix Indonesia-balap mobil yang dibuat untuk menyaingi Formula 1-ia kini menjadi perwakilan Syekh Maktoum, juragan tajir asal Uni Emirat Arab. "Saya dari dulu membantu Ibu Wiwiek," kata Basuki, yang menemui Tempo di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Senin pekan lalu.

    Basuki mengaku menemui Salempang sekitar 10 menit. Ia menyangkal telah "diusir". Menurut dia, ia buru-buru pulang karena mengejar penerbangan terakhir menuju Jakarta. "Saya mengajukan permohonan penangguhan penahanan Amir dan David kepada Kepala Polda," katanya. "Mereka diperlukan ribuan karyawan karena saat itu menjelang Lebaran."

    Menerima Tempo di kantor Sumalindo, kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu pekan lalu, Wijiasih pun membenarkan ketika itu memerintahkan Basuki buat menemui Salempang. "Saya ingin tahu duduk masalah yang sebenarnya agar tidak salah persepsi," katanya.

    Dimintai konfirmasi, Mathius Salempang mengatakan mendukung penuh langkah anak buahnya. Soal adanya utusan kerabat Istana yang menemui untuk meminta penangguhan penahanan, Mathius tidak membantah. "Memang ada yang datang dan meminta itu," katanya.

    Polisi tak menggubris kedatangan utusan Wijiasih. Amir dan David tetap dalam status tahanan. Sumalindo pun menggunakan jalur formal. Oto Hasibuan, kuasa hukum perusahaan itu, mengajukan penangguhan ke Kepolisian Resor Kutai. Kepala Kepolisian Resor Kutai Ajun Komisaris Besar Fadjar Abdillah mengatakan dua kali penasihat hukum Amir dan David mengajukan penangguhan penahanan. "Kami tolak karena kebijakan Polri untuk tidak memberikan penangguhan pada kasus illegal logging," ujarnya.

    Angin berubah setelah Kepolisian Kutai Kartanegara menyerahkan berkas perkara ke kejaksaan Negeri Tenggarong, 17 September lalu. Pada hari proses penyerahan, Kejaksaan menyatakan tidak menahan Amir dan David dengan alasan sakit. "Ini alasan kemanusiaan," kata Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tenggarong, Suroto. Amir dan David pun melenggang.

    Empat hari setelah itu, Sumalindo menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa di Hotel Manhattan, Jakarta. Rapat tetap mendudukkan Amir dan David di posisi semula. Presiden Komisaris Ambran Sunarko mengundurkan diri. Lalu muncullah tokoh yang dianggap banyak membantu pembebasan Amir: Wijiasih Cahyasasi alias Wiwiek.

Tidak ada komentar: