Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: MEMOAR MANDELA UNGKAP CATATAN PRIBADI

Selasa, 12 Oktober 2010

MEMOAR MANDELA UNGKAP CATATAN PRIBADI

JAMBI GLOBAL BY:TONI SAMRIANTO


Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela (kiri) dan istrinya Graca Machel melambaikan tangan ke arah penonton saat keduanya datang ke Stadion Soccer City di Johannesburg usai upacara penutupan Piala Dunia 2010 sebelum final antara Belanda dan Spanyol, Minggu (11/7/2010).
JOHANNESBURG, Nelson Mandela tidak lulus kuliah, tidak mengurusi anak, bertengkar dengan istrinya, dan menderita karena perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan mengakibatkan penderitaan terhadap keluarganya. Hal-hal ini menurut buku harian dan surat-surat pribadinya.

Conversations with Myself, kumpulan surat-menyurat, catatan pribadi, dan berjam-jam rekaman yang dikompilasi oleh Yayasan Nelson Mandela dengan kata pengantar oleh Presiden AS Barack Obama akan diterbitkan hari Selasa ini di 22 negara dan dalam 20 bahasa, dari bahasa Catalan sampai bahasa Turki.

Sebagian besar buku itu berdasarkan sebuah otobiografi yang tak diterbitkan, yang seharusnya akan menjadi lanjutan dari otobiografinya yang terkenal pada 1995, Long Walk to Freedom, yang mengungkap Mandela sebagai tokoh anti-apartheid. Buku barunya ini memperlihatkan Mandela yang lebih manusiawi dengan kesalahan, kegagalan, dan derita hatinya.

”Saya kerap bertanya-tanya, apakah seseorang itu dapat dibenarkan mengabaikan keluarganya sendiri untuk memperjuangkan kesempatan-kesempatan bagi orang-orang lain,” kata Mandela dalam buku itu.

”Bahkan, pada saat-saat saya terganggu oleh suara hati yang gelisah, saya harus mengakui bahwa komitmen sepenuh hati dalam memperjuangkan pembebasan rakyat kita yang memberikan arti bagi hidup dan bagi saya ini menimbulkan kebanggaan nasional dan kesukacitaan sejati.”

Conversations paling baik dibaca sebagai pendamping Long Walk. Mandela dan para anggota lain di partai Kongres Nasional Afrika memperhitungkan sebagian bahwa buku ini memberikan dukungan bagi para aktivis anti-apartheid saat mereka melangkah menuju perannya sebagai pemimpin yang mencoba menyembuhkan dan mengembangkan negeri yang terpecah itu.

Buku itu hanya sedikit menyebut mengenai istri pertamanya, Evelyn Mase, yang meninggal tahun 2004. Dalam sebuah biografi yang ditulis seorang penulis Inggris disebutkan bahwa ada kekerasan dalam perkawinan itu.

Dalam Conversations, Mandela mengungkapkan versinya. Dia membantah pernah mencoba mencekik istri pertamanya itu. Sebaliknya, istri pertamanya itu yang mencoba membakar wajah Mandela dengan sebuah tongkat perapian dalam sebuah pertengkaran.

Mandela juga mengingat kepedihan hatinya kala pihak penjara menolak mengizinkannya menghadiri pemakaman Thembi, putra tertuanya dari perkawinan pertamanya, yang tewas dalam kecelakaan mobil pada usia 24 tahun pada 1969.

”Begitu diberi tahu bahwa putra saya meninggal, saya bergetar dari atas ke bawah,” katanya.

Tidak ada komentar: