Locations of visitors to this page JAMBI GLOBAL: KARTEL MEKSIKO KIAN MERAJALELA

Selasa, 12 Oktober 2010

KARTEL MEKSIKO KIAN MERAJALELA

JAMBI GLOBAL BY:TONI SAMRIANTO



Anggota keluarga menangis setelah seorang kerabat mereka tewas dalam perang antargeng narkoba. Jenazah kerabat mereka ditemukan di sebuah garasi di Ciudad Juarez, kota di Meksiko yang berada di perbatasan dengan AS, Selasa (30/3).

Mexico City, Kamis - Kekerasan akibat ulah mafia narkoba Meksiko telah meningkat dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009 saja, sedikitnya 6.500 orang tewas dalam kekerasan narkoba dan lebih dari 2.000 orang tewas dalam kekerasan yang sama pada Januari-Maret 2010.

Aparat keamanan Meksiko didukung AS hingga Kamis (31/3) di Ciudad Juarez, Meksiko utara, berkoordinasi untuk menyelidiki kasus-kasus kekerasan terkait narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di perbatasan kedua negara. Kerja sama semakin diperkuat setelah tewasnya tiga diplomat AS beberapa hari lalu di Ciudad Juarez.

Presiden Meksiko Felipe Calderon berharap, AS ikut bertanggung jawab memerangi tidak hanya terkait tugas mata-mata, tetapi juga secara hukum penguatan personel di perbatasan dan dukungan dana. Menlu AS Hillary Clinton berjanji akan terus meningkatkan kerja sama menangani gelombang kekerasan kartel narkoba Meksiko.

Sebelumnya diberitakan, Lesley Enrique, warga AS yang bekerja di kantor Konsulat AS di Ciudad Juarez, dan suaminya, Arthur Redelf, tewas terbunuh, Sabtu lalu. Seorang lainnya, Jorge Alberto Sarcido, suami dari pegawai Konsulat AS yang warga negara Meksiko, juga ditembak mati dalam insiden terpisah. Mereka terbunuh setelah mengikuti kegiatan sosial di Ciudad Juarez.

Kota Juarez merupakan pusat pertarungan geng-geng narkoba Meksiko paling kejam dan rute penyelundupan paling gemuk ke AS. Lebih dari 2.600 orang terbunuh dalam insiden kekerasan narkoba di kota ini tahun lalu sehingga sekitar 200.000 warga mengungsi.

Kartel berjuang mengendalikan rute utama pengiriman narkoba, di daerah perbatasan AS, bandara, pelabuhan, dan jalan raya utama. Tindakan itu melebar ke kasus penculikan, pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan, dan kejahatan lainnya.

Semua lapisan sosial menjadi target kekerasan, seperti petani, pelajar, pedagang, ibu rumah tangga, anak-anak, hingga tokoh gereja dan negara, termasuk tentara dan polisi.

Sejak Presiden Calderon menjabat pada akhir 2006, lebih dari 18.000 orang tewas dalam kekerasan terkait narkoba. Pemerintah mengatakan, sekitar 90 persen dari korban adalah anggota kartel yang dibunuh geng saingannya. Korban lainnya sebagian besar adalah polisi dan tentara. Dikatakan, sangat sedikit warga sipil tak berdosa tewas.

Akar masalah

Pemerintah Meksiko mengaku tidak memiliki sumber daya memadai dalam memerangi brutalisme mafia narkoba. Pekan lalu, surat kabar Meksiko Milenio merilis survei yang menunjukkan 59 persen warga Meksiko percaya kartel akan tetap memenangi pertarungan melawan pemerintah. Hanya 21 persen responden yang percaya pemerintah masih kuat melawan bandit narkoba.

Hillary juga mengakui, konsumsi narkoba oleh warganya ditambah ketidakmampuan AS mengontrol penyelundupan senjata juga menjadi penyebab. Hal itu diungkapnya dalam kunjungan ke Meksiko, Rabu pekan lalu. AS meningkatkan pengamanan di perbatasan dengan bantuan tambahan 80 juta dollar AS untuk membeli dua helikopter Black Hawk. AS akan meningkatkan pengamanan perbatasan lewat bantuan 184 juta dollar.

Korupsi juga menjadi salah satu sebab berkembangnya kartel narkoba. Banyak pejabat Meksiko terlibat jaringan narkoba. Baru-baru ini, Interpol di Meksiko menangkap pejabat senior kantor kejaksaan agung, tiga kepala bagian keamanan publik, ratusan polisi negara bagian dan polisi lokal, beberapa wali kota, dan komandan polisi lokal.

Pemerintah Meksiko sebenarnya memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk memerangi kartel, tapi harus disertai kerja keras. Usaha menekan peredaran narkoba hanya bertumpu pada penyebaran secara besar-besaran pasukan keamanan federal, baik polisi dan militer. Namun, ”kehadiran dan patroli mereka” tidak terlalu berarti karena umumnya kartel mengubah rute perdagangan.

Antonio Maria Costa, Direktur Eksekutif Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kriminal, mengaku frustrasi ketika mengetahui peredaran narkoba semakin marak.

Tidak ada komentar: